Minggu, 02 November 2008

Hidup jangan cuma tidur....

Untuk dapat menikmati hidup, hal terpenting yang perlu kita lakukan adalah menjadi  SADAR. Inti dari kepemimpinan adalah kesadaran. Inti spiritualitas juga adalah kesadaran. Banyak orang yang menjalani hidup ini dalam keadaan 'TERTIDUR' mereka lahir, tumbuh, menikah, mencari nafkah, membesarkan anak, dan akhrinya meninggal dalam keadan 'TERTIDUR'.

Analoginya adalah seperti orang yang terkena hipnotis. Kita tahu dimana menyimpan uang. kita juga tahu persis nomor pin kita. dan kita pun menyerahkan uang kita pada orang yang tidak kita kenal. Kita tahu, tapi kita tidak sadar. Karena itu, kita bergerak bagaikan robot-robot yang dikendalikan orang lain, lingkungan, jabatan, uang, dan harta benda.

Pengertian menyadari amat berbeda dengan mengetahui. Kita tahu berolah raga penting untuk kesehatan, tapi kita tidak juga melakukannya. Kita juga tahu memperjual belikan jabatan itu salah, tapi kita menikmatinya. Kita pun tahu berselingkuh dapat menghancurkan keluarga, tapi kenapa ada sebagian dari kita tidak dapat menahan godaan. Itulah contoh mengetahui tapi tidak sadar !!!

Kematian mungkin suatu stimulus terbesar yang mampu menyentakkan kita. Banyak tokoh terkenal meninggal begitu saja. Mereka sedang sibuk memperjualbelikan kekuasaan, saling menjegal, berjuang meraih jabatan, lalu tiba-tiba saja meninggal. Bayangkan kalau kita sedang menonton di bioskop. Pertunjukan sedang berlangsung seru ketika tiba-tiba listrik padam dan petugas bioskop berkata, " silahkan anda pulang, pertunjukan sedah selesai, listriknya tidak akan hidup kembali."

Hihup ini seringkali menipu dan menina bobokkan orang, untuk menjadi bangun kita harus sadar mengenai tiga hal, yaitu siapa diri kita, dari mana kita nerasal, dan kemana kita akan pergi. Untuk itu kita perlu sering mengambil jarak dari kesibukkan kita dan melakukan kontemplasi.

Ada sebuah ungkapan menarik dari seorang filsuf perancis, Teilhard de Chardin, " Kita bukanlah manusia yang mengalami pengalaman-pengalaman spiritual, kita adalah mahluk spiritual yang mengalami pengalaman-pengalaman manusiawi. "Manusia bukanlah 'mahluk bumi' melainkan 'mahluk langit' kita adalah mahluk spiritual yang kebetualan sedang menempati rumah kita di bumi. Tubuh hanyalah rumah sementara bagi jiwa kita. Tubuh diperlukan karena merupakan salah satu syarat untuk bisa hidup di dunia. Tetapi, tubuh ini lama kelamaan akan rusak dan akhirnya tidak dapat digunakan lagi. Pada saat itulah jiwa kita akan meninggalkan 'rumah' untuk mencari 'rumah' yang lebih layak. Keadaan ini kita sebut meninggal dunia. Jangn lupa, ini bukan berarti mati karena jiwa kita tak pernah mati. Yang mati adalah rumah sementara kita atau tubuh kita sendiri.

Coba kita resapi paragraf diatas dalam-dalam. Badan kita akan mati, tapi jiwa kita tetap hidup. Kalau kita menyadari ini, kita tidak akan menjadi manusia yang ngoyo dan serakah. Kita memang perlu hidup, perlu makan, tempat tinggal, dan kebutuhan dasar lainnya. Bila kita sudah mencapai kebutuhan tersebut, itu sudah cukup  !! buat apa sibuk-sibuk mengumpul-ngumpulkan kekayaan -- apalagi dengan menyalahgunakan jabatan -- kalau hasilnya tidak dapat kita nikmati selama-lamanya. Apalagi kita sudah merusak jiwa kita sendiri dengan berlaku curang dan korup. Padahal, jiwa inilah milik kita yang abadi.

Lantas, apakah kita perlu mengalami sendiri peristiwa-peritiwa yang pahit agar kita sadar?? jawabnya : IYA !! tapi kalau merasa cara tersebut terlalu mahal, ada cara kedua yang jauh lebih mudah : belajarlah MENDENGARKAN !!!. dengarlah dan belajar lah dari pengalaman orang lain. Bukalah mata dan hati kita untuk mengerti, mendengarkan, dan mempertanyakan semua pikiran dan paradigma Anda. Syang, banyak orang yang mendengarkan semata-mata untuk memperkuat pendapat mereka sendiri, bukannya untuk mendapatkan sesuatu yang baru yang mungkin bertentangan dengan pendapat mereka sebelumnya. Orang yang seperti ini masih tertidur dan belum sepenuhnya bangun.