Kamis, 27 November 2008

SOUNDTRACK OF DA DAY

NUANSA BENING...
vIDI aldIANO...(kenan nasution cover)

Ohhh...
Oh tiada yang hebat dan mempesona ketka kau lewat di hadapan ku biasa saja oohhh
Waktu perkenalan, lewat lah sudah ada yang menarik pancaran diri terus mangganggu
Mendengar cerita sehari-hari yang wajar tapi sangat mengasyikkan...

Kini terasa sungguh semakin engkau jauh samakin terasa dekat
Akan ku kembangkan kasih yang engkau tanam didalam hati ku

Ohh tiada kejutan pesona diri pertama ku jabat jemari tangan mu biasa saja
Masa pertalian terjalin sudah ada yang menarik bayang2 mu tak mau pergi
Dirimu nuansa nuansa ilham hambaran laut tiada bertepi

Kini terasa sungguh semakin engkau jauh samakin terasa dekat
Akan ku kembangkan kasih yang engkau tanam didalam hati ku

Kasihmu Nuansa nuansa bening ....tulusnya doa tercipta

Kini terasa sungguh semakin engkau jauh samakin terasa dekat
Akan ku kembangkan kasih yang engkau tanam didalam hati ku

wahhh saya banged ni lagu...awal na sok cool gag ngaruh..tapi waktu dia udah pegi baru dah nangis bombay!!!! baru berasa kalu dia itu baek banget, bla...bla...bla...hufh mang sigh terkadang kita baru nyadar tentang pentingnya sesorang buat kita ketika orang tersebut udah gag da lagi di dekat kita...alias dah pei jawh ntah kemana....

Selasa, 18 November 2008

RECOMENDED SONG

MALAIKAT JUGA TAHU...
by. Dewi' dee ' Lestari

Lelahmu jadi lelahku juga
Bahagiamu bahagiaku pasti
Berbagi takdir kita selalu
Kecuali tiap kau jatuh hati

Kali ini hampir habis dayaku
Membuktikan padamu ada cinta yang nyata
Setia hadir setiap hari
Tak tega biarkan kau sendiri

Meski seringkali kau malah asyik sendiri
Karena kau tak lihat terkadang malaikat
Tak bersayap tak cemerlang tak rupawan
Namun kasih ini silakan kau adu
Malaikat juga tahu siapa yang jadi juaranya

Hampamu tak kan hilang semalam
Oleh pacar impian
Tetapi kesempatan untukku yang mungkin tak sempurna
Tapi siap untuk diuji
Kupercaya diri
Cintaku yang sejati

Namun tak kau lihat terkadang malaikat
Tak bersayap tak cemerlang tak rupawan
Namun kasih ini silakan kau adu
Malaikat juga tahu siapa yang jadi juaranya

Kau selalu meminta terus kutemani
Engkau selalu bercanda andai wajahku diganti
Relakan ku pergi
Karna tak sanggup sendiri

Namun tak kau lihat terkadang malaikat
Tak bersayap tak cemerlang tak rupawan
Namun kasih ini silakan kau adu
Malaikat juga tahu Aku kan jadi juaranya

[Terkadang kita lupa bahwa disekitar kita banyak sekali ' malaikat ' yang terkadang gag punya sayap, gag cemerlang atau gag rupawan seperti yang selama ini kita bayangkan...dan kita idam-idamkan!!! coba deh sekali lagi kita menleh ke samping...liad deh orang tua kita, sodara-sodara kita, bahkan sahabat2 kita!!kita bahkan lupa apa berapa banyak pertolongan yang mereka kasih ke kita??? berpa banyak cinta yang mereka curahkan ke kita....??? kita terlalu sibuk dengan urusan kita sendiri palagi kalu dah soal C-I-N-T-A...so saatnya kita lebih peduli dengan orang2 sekitar kita karena mereka itulah 'malaikat' yang selalu siap membantu kita kapanpun kita butuh!!!

Rabu, 12 November 2008

Cinta untuk gadis manis mungilku (part II: kupenuhi janjiku padamu)

Cinta untuk gadis manis mungilku part II: kupenuhi janjiku padamu

Akhirnya, hari Jum’at, 1 Agustus 2008 datang juga, setelah kurang lebih satu bulan sebelumnya kujalani hari-hari berat dengan SMSan secara intens untuk nge-brief gadis mungil itu dengan hal-hal berbau kehidupan dan agama. Bangun pagi tadi aku telat Subuhan, karena malamnya pikiranku benar-benar gelisah. Gadis manis itu benar-benar mengganggu pikiranku. Aku tak tahu kenapa aku bisa segugup itu. Inikah rasanya mau memulai hidup baru. Semalam aku sholat istikharoh sampai kuulang 2 kali karena yang pertama kuanggap kurang khusyuk. Setelah itu, sekitar jam 3 pagi aku tidur. Kembali gadis itu hadir dalam mimpiku dengan senyum manisnya, seperti beberapa malam sebelumnya. Subhanalloh, aku masih belum percaya dengan semua ini. Aku masih belum bisa menerima sepenuhnya. Belum genap sebulan aku mengenalnya, tapi hari ini, aku harus membuktikan bahwa aku konsisten dengan kata “insyaAlloh” ketika pada pertemuan keduaku dengan gadis itu dan kedua orangtuanya aku ditanyai apa aku bersedia menikahinya.
Sehabis Subuhan aku browsing di internet sebentar, mengecek email dan ****ku, (censored) ada beberapa ucapan selamat dari kawan-kawan baik di luar negeri sana, termasuk dari Ustadz muda dari Jatim yang menyarankanku untuk menikahi gadis itu, yang saat itu sedang di London, lewat tulisan di ****nya (censored) yang diforward ke emailku. (Terimakasih mas, aku jadi semangat…). Kupikir agak aneh, akad baru akan diikrarkan sehabis Jum’atan nanti insyaAlloh, tapi ucapan selamat sudah pada berdatangan. Lagi asyik-asyik browsing tiba-tiba gadis itu nelpon. Subhanalloh, aku kaget, dan tidak biasanya aku kaget dengan ringtone handphone murahan ngga sampe 500ribuan harganya dan belum berfasilitas polyphonic ringtones itu, apalagi kamera, MP3 Player yang sebenarnya tidak ada hubungannya dengan komunikasi, kecuali bagi para korban mode dan trend aja.
“Assalamu’alaykum, mas…” Gadis itu ternyata.
“Wa’alaykum salam, de’. Ada apa pagi-pagi gini nelpon?” “Goblok!!!” Serapahku dalam hati sesaat kemudian. Sudah jelas hari ini hari bersejarah bagi kami berdua, kenapa juga aku malah keluarin pertanyaan sebodoh itu.
“Mas udah siap? Ade’ barusan ditelpon ustadz dari ****, (censored) beliau tiba sekitar jam 11, langsung ke rumah. Beliau datang sama 3 putrinya. Penghulu juga udah fixed, tinggal mas aja…”
“Ya udah. Mas insyaAlloh habis Jum’atan bisa, de’. Ntar jemput ya. Di depan gang aja. Mas pusing banget, migraen mas kumat lagi.” Jawabku datar. Mungkin anda semua baru menemui orang sebodoh aku yang sewaktu mau nikah masih belum menetapkan jam, baru tanggal doang. Yah, inilah dunia nyata, ngga semua bisa berjalan seperti apa yang kita harapkan.
“Aduh mas, kenapa malah sakit? Ade’ jemput mas terus ke Rumah Sakit sekarang apa gimana? Takutnya ntar kenapa-kenapa…” Astaghfirullohal adziem, maafkanlah aku ya Alloh sudah membuat anak ini cemas. Ada nada kecemasan yang jujur dalam kalimat-kalimatnya.
“Ngga usah de’. Makasih. InsyaAlloh acara lancar nanti.” Jawabku datar, dingin, tanpa ekspresi.
“Ya udah kalau gitu. Ade’ masih nunggu pop and mom, mereka lagi di perjalanan kesini sama kak ***. (censored) Urusan lainnya udah fixed.” Jawabnya dengan nada gembira, membuatku menangis penuh penyesalan dalam hati.
“OK.”
“Yuk, miss you, love you, kiss you, assalamu’alaykum…” Salam khasnya kembali terdengar begitu merdu di telinga.
“Miss you too, love you too, kiss you too, wa’alaykum salam…”
Damn… Kenapa beberapa hari belakangan ini aku tidak bisa santai sih? C’mon boy, jangan membuat khawatir gadis manis mungil yang menunggu ikrar janji setiamu itu, menunggu kesediaanmu untuk menjadi imamnya, pembelanya, pelindungnya, dan tempat berbaginya di dunia yang brengsek ini. Jangan sia-siakan kepercayaannya, orang tuanya, teman-temanmu, dan ustadzmu pada dirimu yang with no reserve itu. Jangan menambah beban kehidupannya yang sudah tenggelam dalam kehancuran dunia jahanamnya itu. Mana sisa-sisa kejayaanmu sebagai mantan el-crocodilo yang dulu bisa mendapatkan gadis hanya dengan lirikan mata tajammu, dan bisa diputus pacarmu tanpa rasa sedih, bahkan dengan senyum terkembang yang sering kamu banggakan dulu? Tunjukkan ketegaranmu dalam menghadapi berbagai masalah yang tidak bisa dibilang ringan selama ini. Ingat, kamu laki-laki, bukan banci. Ambil nafas dalam-dalam, tahan… 1, 2, 3, hembuskan pelan-pelan. Udah lega? Ayo dilanjutin lagi ceritanya…
Seharian itu aku ngga tau apa yang mau kuperbuat. Aku benar-benar bingung. Editing juga tidak bisa konsen sama sekali. Diantara kedua sahabatku yang ikut pekerjaan editing itu, hanya 1 yang kuberi tahu, jadi dia bisa memaklumi dan banyak mengambil alih tugasku (terimakasih setulusnya kuucapkan untukmu, sahabat…). Sampai tiba saatnya jam Jum’atan hampir masuk aku masih belum bisa fokus. Lalu aku berangkat Jum’atan bersama kedua sahabatku itu, seperti biasa. Sehabis Jum’atan aku menunggu di depan rumah, sesaat kemudian mobil *** **** (censored) mewah berwarna hitam itu datang juga. Yang nyetir bukan gadis itu, tapi kakaknya. Pintu belakangnya terbuka, seraut wajah manis keluar sedikit dan berkata, “Mas, ayo…” dengan wajah penuh kebahagiaan yang tidak dibuat-buat.
Aku masuk ke mobil itu dengan perasaan yang sangat kacau. Gadis itu ternyata tau keadaanku, dia mencoba menghiburku. Tapi aku tidak bisa merespon joke-jokenya sepantasnya, maafkan aku mungil… Kira-kira 10 menit kami sampai di rumah besarnya. Ramai sekali… Aku cuma bisa terdiam. Aku keluar mobil dengan wajah menunduk, agak pucat malah. Aku diam saja. Kulirik kedepan, di pintu papa gadis itu dan ustadzku sudah menunggu dengan wajah yang cerah, membuatku merasa down banget. Waktu mau masuk ke rumah, papa gadis mungil itu dan ustadzku menyambutku, memelukku dengan hangat. Sehabis itu papanya masuk ke dalam, mempersiapkan segala sesuatunya, sedangkan ustadzku melepas kangennya dengan pertanyaan-pertanyaan yang, sejujurnya, terasa seperti menusuk hatiku dengan besi panas.
“Apa kabar, nak? Baik-baik aja? Akhirnya antum menikah juga, antum sudah mengambil langkah berani. Congratulation. Mulai hari ini, antum memegang amanah besar, berat. Antum akan genapkan separuh iman antum. Jangan anggap semua itu enteng.” Ceramah ustadzku yang membuatku down, seolah-olah aku akan menghadapi hukum gantung…
“Baik-baik aja ustadz… Sebenarnya ini karena saran, yang sejujurnya sedikit memaksa, dari seorang sahabat juga.” Jawabku pendek, datar, dingin, tanpa ekspresi.
“Ana sudah dengar cerita lengkapnya dari calon istri antum. Ana dukung sahabat antum itu. Jangan ngga semangat gitu. Apa antum mau kecewain sahabat dan calon istri antum itu? Ikhlas, le (jawa: nak). Antum sedang dalam jihad fisabilillah, insyaAlloh. Seorang istri cerdas, baik akhlaknya, baik wajahnya, baik keturunannya, baik rejekinya, dan sholehah insyaAlloh, akan mendampingi antum dalam perjuangan ini. Apa lagi yang antum cari? Antum boleh caci maki dan kutuk ana dan keluarga ana, jika ternyata istri antum nanti banyak merepotkan antum.” Duh, mana berani ana mengutuk antum, yaa ustadz…
“Bagaimana dengan… ?”
“Poligami bukan dosa, dalam kasus ini malah masuk kategori darurat. Antum jalani ini dengan ikhlas saja dulu, urusan de’ ***** (censored) nanti kita pikirkan bersama. Memang, ini berat. Ana tau betapa cinta de’ ***** (censored) sama antum, dan begitu juga sebaliknya. Apalagi antum sudah ada janji sama Alloh untuk menikahi dia. Tapi ingat, kalau cuma cinta, putri bungsu ana pun 8 tahun memendam cintanya pada antum. Afwan, bukan bermaksud membuka cerita lama, ana cuma mau ingatkan antum, nikah itu ibadah, dan zina adalah dosa. Sekarang ana tanya, antum ikhlas ngga nikahi de’ ***** (censored) hari ini? Orang tuanya sudah datang, semua udah siap. Tapi kalo antum belum ikhlas, sebelum ijab kabul terucap antum masih bisa mundur!” Baru kali ini kudengar ustadzku setegas ini. Aku hanya bisa tertunduk diam.
“Shit!!!” Serapahku dalam hati. “Kenapa ustadz bisa tau kalau aku belum ikhlas sepenuhnya menerima calon istriku ini?” Tanyaku dalam hati. Ya Alloh ya Robbi, inikah hukuman bagiku sudah menjalani pacaran dengan lebih dari 70 wanita selama ini… Bukankah Engkau tahu ya Alloh, bahwa bukanlah mauku menjadi buaya seperti itu… Bukankah Engkau tahu bahwa selama ini aku hanya pernah menembak cewek sebanyak 3 kali, 1 kali ditolak dari 3 itu, dan yang terakhir sudah kujaga lebih dari 9 tahun belakangan ini ya Alloh… Kenapa harus seperti ini? Apakah tidak ada yang lebih membahagiakan gadis mungil itu selain aku…
Tiba-tiba gadis mungil itu mendatangi kami. Mencoba menengahi perdebatan seru kami, sesuatu yang tidak pada tempatnya bagi adat orang Jawa seperti kami berdua. Yah, dia memang tidak paham masalah budaya itu, dia hanya bermaksud baik aja, dan jujur kuakui, itu dilakukannya karena cinta tulusnya padaku. Dalam situasi lain, aku mungkin saja akan ketawa mendengar dia bilang, “Ustadz, kasian mas ***** (censored), jangan dimarahi terus ya.” Tapi dalam keadaan seperti ini, aku dan ustadz cuma bisa memandangnya dengan pandangan tajam. Dia menunduk, diam, merasa bersalah, mungkin menyesal. Ustadz kemudian menenangkan hatinya…
“Udah de’, anti tenang aja. Persiapkan aja segala sesuatunya dengan baik. Calon suami anti ini rupanya rindu sama perdebatan-perdebatan kami seperti dulu, maklum dia keras kepala, ngeyel, dan lama ngga ketemu. Jadi kasih kami waktu sedikit untuk obati rindu kami ini. Santai aja ya…” Pinter juga ustadzku ini untuk cari alasan. Aneh…
Kami melanjutkan adu argument itu lagi setelah calon istriku itu kembali kedalam untuk menyesuaikan pakaiannya denganku yang memakai celana hitam dan batik coklat agak tua.
“Ana tanya, apa yang sudah antum janjikan pada gadis itu yang disaksikan wali-nya pada pertemuan kedua kalian?” Duh, kok ustadz tau sedetail itu…
“Ustadz udah tau, jadi ana tidak perlu menjawab pertanyaan antum.” Diplomatis juga ya gue… Sebenarnya, bukan diplomatis, aku cuma mau menghindari menjawab pertanyaan-pertanyaan bernada “memojokkan” seperti itu aja kok, hahahahahahahahahahaha…
“OK. Ana udah cukup kasih tausiyah. Antum sudah dewasa, dan ana haqqul yakin antum dalam keadaan sadar, tidak mabuk, tidak terbawa perasaan, tidak gila, dan tidak tidur sewaktu menyatakan kesediaan antum. Sekali lagi, antum sudah dewasa karena berani mengikrarkan itu, dan sudah tak pantas ana panggil antum, “nak” atau “le” lagi.” Duh beratnya…
“Na’am, ustadz. Ana insyaAlloh udah yakin. Tapi ingat ustadz, ana belum ikhlas sepenuhnya, masih ada satu gadis yang mencintai saya selama 9 tahun lebih, sehingga rela mengorbankan nyawanya sekalipun untuk ana. Meski pengorbanan seperti itu dalam agama kita ngga benar, ana tetap harus hargai itu. Mohon dimaklumi. Setelah akad, insyaAlloh ana akan membangun keikhlasan itu. Billahi, ana juga cinta sama dia. Ustadz ngga perlu ragu.” Jawabku dengan nada yang lumayan meninggi karena tadi sempat dipotong kalimatku.
“Ana pegang kata-kata antum. Antum laki-laki, antum sebentar lagi sah menjadi imamnya dunia akhirat, jadi pemimpin hidupnya, jadi pelindung dan pembelanya dari segala bahaya dan ancaman, jadi tempat curahan hatinya saat dia gelisah, jadi penghiburnya saat dia susah, jadi pakaiannya didalam maupun diluar rumah, jadi selimutnya saat dia kedinginan, jadi pembantunya sekaligus obatnya saat dia sakit atau hamil, jadi penjaga kebahagiaannya, jadi satu tubuh dan jiwa dengannya, jadi gurunya saat dia ingin belajar, jadi pelurusnya ketika dia melenceng dari jalur, dan yang paling utama, jadi penanggungjawabnya di Yaumil Hisab nanti…” Astaghfirullohal adziem, Allohu akbar, laa haulaa walaa quwwata ila billah. Ini motivasi apa ancaman, kenapa semua terasa begitu berat.
“Ustadz, apakah semua orang yang mau menikah didepan ustadz juga dikasih nasehat seberat ini. Sejujurnya ana tanya, ustadz memotivasi ana apa nge-down-kan ana?” Huffh, keluar juga protesku ini.
“Ustadz udah angkat antum jadi putra ana sendiri sejak tahun **** (censored), ketika pertama kali antum datang ke ana dan bilang ingin sembuh dari ************** ******* (censored), ingin keluar dari dunia hitam, dan ingin belajar agama. Ana angkat karena antum berbeda dengan yang lain. Ana sudah berikrar didepan istri dan putri-putri ana bahwa ana sudah ambil antum menjadi putra antum, dengan nama Alloh. Apa antum sudah lupa?”
“Subhanalloh, ana lupa. Maafkan ana, abi...” Jawabku sambil manjatuhkan diriku, berlutut memeluk kakinya. Dia merengkuh pundakku lalu menarik tubuhku supaya berdiri lagi.
“Antum ngga perlu minta maaf…” Jawabnya lembut sambil memandang mataku dengan pandangan penuh kasih sayang yang bisa kurasakan, begitu dalam. Tapi aku belum puas.
“Lalu apa hubungannya ustadz mengambil ana jadi anak dengan pertanyaan ana tadi?”
“Antum masih belum paham? Sebagai orang tua, wali, ana sangat paham bahwa kehidupan antum sangat keras, antum orangnya tahan banting tapi mudah tersentuh, cerdas tapi suka serba cepat, keras kata dan sikap tapi lembut hati, emosian tapi juga penyayang, dan banyak hal lain. Karena itu, ana berikan nasehat buat antum yang lebih keras daripada orang dan santri lain. Paham?!!!” Jawab ustadz dengan suara keras sehingga calon istri dan mertuaku yang ada didekat situ juga mendengarnya. “O gitu… Yayaya… Terimakasih ustadzku… Abi…” Kataku dalam hati.
“Na’am, ana paham sekarang.”
“OK. Karena antum bilang sudah paham, sekarang buktikan itu. Antum putra ana satu-satunya. Jangan bikin malu ana. Ana percaya antum mampu.”
Ustadz menyemangatiku dengan tepukan di pundak kananku, lalu kami berdua masuk ke dalam bersama-sama. Ustadz berbicara dengan orang tua gadis itu. Semua sudah di posisinya. Aku duduk didepan meja kecil dengan sebuah mushaf Al-Qur’an dengan transliterasi latin dan terjemahan Indonesia serta sebuah bungkusan berisi mukena serta sajadah yang kubeli beberapa minggu lalu. Aku heran sebenarnya, gadis selevel dia kok cuma minta 2 benda itu untuk pernikahannya. Ngga seperti teman-temannya yang nikah dengan mas kawin yang bisa membuatku kena serangan jantung seandainya aku dimintai hal yang sama. Tapi untung juga. Dengan statusku sebagai penulis/editor yang lagi merintis ini, apa aku akan mampu jika dimintai mahar lebih dari itu. Masih mending ada sedikit uang cadangan yang bisa kupakai untuk beli mahar sehingga ngga perlu ngutang.
Gadis itu duduk agak jauh dari tempatku duduk di pojok ruangan didampingi mamanya dan putri bungsu ustadzku, yang baru kenal tadi pagi beberapa saat sebelum waktu sholat Jum’at dan anehnya mereka langsung akrab seolah sudah mengenal lama. Aneh, karena aku tau betul, putri bungsu ustadzku yang dulu mau dijodohkan sama aku itu, orangnya sangat pendiam, pemalu, dan meski kuliah S2 di *******, (censored) tapi dia sangat memegang teguh syari’at pergaulan Islam yang ketat itu. Dia mencintaiku sejak pertama kali melihatku, namun sampai sekarang sudah lewat 8 tahun dia tak pernah mengatakannya padaku, dan aku tahu itu dari ustadz sendiri. Lalu disampingku duduk 2 teman *******, (censored) yang selalu ada tiap kubutuhkan. Penghulu duduk di sebelah lain meja di hadapanku, bersama dengan papa gadis itu yang beberapa menit lagi juga harus kupanggil papa. Para undangan berjumlah sekitar 20 orang terdekat kami duduk di sekeliling kami membentuk lingkaran yang terbuka di depan gadis itu. Suasana sangat hening, menimbulkan perasaan nervous yang lebih gawat lagi. Sekiranya aku kurang bisa mengontrol diri, sejujurnya aku sudah pingsan atau melarikan diri dari ruangan yang wangi ini.
Acara dibuka dengan sambutan singkat dari seorang temanku peneliti muslim senior (dalam bidang yang sama denganku) dari Amerika, lalu sambutan dari seorang dosen sospol *** asli *****, (censored) yang menjadi teman debatku sejak SMA dulu mewakili pihak laki-laki (yang bukan lain adalah aku…), dilanjutkan sambutan singkat dari paman gadis itu, yang baru kukenal sesaat sebelum acara dimulai tadi, mewakili pihak perempuan. Dia menerangkan kenapa pernikahan ini dilangsungkan secara syirri dan kenapa papa gadis itu menyetujuinya (tentu saja alasan ini ngga akan kubeberkan disini). Sehabis itulah acara inti yang sangat mendebarkan dimulai.
Tangan kananku disalami mr. Penghulu, lalu beliau mengucapkan akad ijab, yang tololnya, tidak aku dengar dengan khusyuk dan lengkap karena saking nervousnya aku saat itu. Sebuah ketololan yang takkan tertebus dengan apapun juga seumur hidupku. Maafkan aku istriku, maafkan aku papa mama, maafkan aku ustadzku, dan semua yang menaruh kepercayaan besar ini di pundakku saat itu, dan kedepan nanti. Aku khilaf, bukan sengaja, bukan tak serius, tapi ini benar-benar di luar kendaliku, hamba yang dho’if ini. Selesai penghulu mengucap ikrar ijab, aku mengucap ikrar kabul yang memang sudah kuhafal sejak beberapa hari yang lalu.
“Saya… (Shit! Kenapa harus gugup dan gagap begini. Aku diam sejenak, kuteringat nabi Musa as yang lidahnya gagu karena pernah menggigit bara ketika masih bayi, kuingat beliau memohon pada Alloh untuk dilancarkan lisannya untuk menghadapi Fir’aun, lalu kumohon pada Alloh untuk melancarkan lisanku juga… Kukuatkan kembali hatiku, lalu akhirnya...) Saya terima nikahnya ************************ binti *****************, (censored) dengan maskawin sebuah Mushaf Al-Qur’an dan seperangkat alat sholat, dibayar tunai…” Ikrarku dengan segala kemantapan yang mampu kuusahakan.
Kami berdua sudah sah sebagai suami istri. Ruangan menjadi lembab dengan lelehan air mata, tak terkecuali aku dan gadis mungil yang sudah jadi istriku itu. Dia memeluk mamanya dan putri ustadzku agak lama. Setelah itu ustadz memimpin doa, dilanjutkan wasiat pernikahan yang lumayan panjang, disertai dengan sindiran-sindiran edukatif khas ustadz. Di sela-sela khutbah itu aku SMS istri mas Ustadz dari Jawa Timur, karena suaminya yang “memaksa”ku menikahi gadis mungil yang sekarang kupanggil istri itu sedang ke London. Setelah dibalas, aku kembali ikuti acara sampai selesai. Diantara khutbah ustadzku, terselip kalimat-kalimat yang membuatku dan istriku saling berpandangan, dan kemudian membuat air mata kami berdua membanjir ke pipi, kalimat yang begitu menusuk jantungku, yang kurasa ada bagusnya untuk dibagi disini, sebagai peringatan untuk para lelaki yang mau berkomitment dalam ikatan yang kuat.
“***** anakku, ana tahu betul sifat dan sikap antum. Ana paham bagaimana antum menjalani hidup selama ini. Antum orang yang sangat sering tenggelam dalam kesibukan antum sendiri, seolah-olah antum hidup sendiri di dunia ini. Karena itu ana ingatkan dihadapan semua hadirin wal hadirot sekalian, antum sekarang tidak sendiri lagi seperti hari-hari yang telah lalu. Mulai sekarang, kalau antum tidak pulang sampai larut malam tanpa ijin, akan ada seorang wanita yang tidak bisa tidur karena mencemaskan antum. Kalau antum pergi berhari-hari tanpa kabar, akan ada seorang wanita yang membanjiri bantalnya dengan air mata kegelisahannya. Kalau antum pergi berbulan-bulan tanpa berita, akan ada seorang wanita yang menderita lahir dan batin. Kalau antum sakit atau kecelakaan, akan ada seorang wanita yang ikhlas mempertaruhkan segalanya demi kesembuhan antum, sekalipun itu selembar nyawanya sendiri. Kalau antum meninggal duluan, akan ada seorang wanita yang merasa hidupnya hampa, sekalipun dia bisa menikah lagi…”
Nangis semua hadirin wal hadirot yang ada disitu mendengar kalimat-kalimat berat itu. Selesai akad, aku dan istriku langsung masuk kamarnya, – tak menghiraukan tamu-tamu lain – kamar yang indah, dan disiapkannya dengan tangannya sendiri. Terus terang aku kagum juga sama istri mungilku ini. Aku terharu dengan persiapannya. Dia memakai rok hitam, baju muslimah (emang ada ya…) batik warna coklat tua, dengan jilbab besar warna hitam, sangat pas dengan pakaian yang kupakai saat ini. Aku terus terang merasa malu berduaan dengannya. Diapun sepertinya merasakan hal yang sama, bisa kulihat dari pipinya yang memerah. Kami cuma pandang-pandangan untuk beberapa lama, tanpa ada kata-kata terucap sedikitpun. Aku bingung gimana harus memulainya, tapi Alhamdulillah, aku teringat satu doa yang kupelajari dari buku kumpulan hadits Riyadhlus Sholihin karya Imam Nawawi semalam, terutama dalam bab-bab tentang pernikahan.
Kami duduk berhadapan di salah satu sisi kasur – sepertinya istriku ini paham bahwa aku tidak terbiasa tidur di ranjang – dengan spray warna hijau cerah, lalu kupegang kepalanya, kubaca ta’awudz, basmalah, dan doa “Allohumma innii as aluka min khoirihaa wa khoirimaa jabaltahaa ‘alaih, wa a’uudzubika min syarrihaa wa syarrimaa jabaltahaa ‘alaih” dan dia mengamininya. Sehabis itu kuajak dia sholat sunat dua rokaat, setelah itu aku diam sejenak, mengingat-ingat doa berikutnya, setelah kuingat kulanjutkan doa “Allohumma baariklii fii ahlii wa baariklahum fiyya, Allohummaj ma’bainanaa maa jama’ta bikhoiriw wa fariq bainanaa idzaa farroqta ilaa khoirin”, diapun mengamininya lagi dengan khusyuk. “Alhamdulillah…” lirih kami berbarengan. Setelah itu kucium keningnya, dia memejamkan mata, seolah-olah menikmatinya. Di luar kudengar adzan ‘Ashar berkumandang, Alhamdulillah ada alasan untuk memecah kekakuan ini lagi.
“De’ udah ‘Ashar, kita jama’ah yuk…” Ajakku sambil mengulurkan tangan kiriku. Dia cuma mengangguk pelan, mengulurkan tangan kanannya, lalu ikut aku keluar kamar ke tempat wudhlu di bagian agak belakang rumah besarnya itu. Melihat kami keluar beberapa tamu berlari menyalamiku dan istriku tanpa menyentuhnya. Setelah kami ucapkan terimakasih seperlunya, kami teruskan ambil wudhlu, tak mempedulikan pertanyaan-pertanyaan yang menggoda kami, menanyakan akan bulan madu kemana, dan seterusnya… Tak perlu dijawab. Pernikahan seperti yang kualami ini tidak membutuhkan walimatul ‘ursy, tidak butuh bulan madu, selain syukuran kecil-kecilan, karena setiap saat bahaya mengancam kami.
Selesai wudhlu kami kembali ke kamar, lalu kami sholat ‘Ashar berdua. Baru kali ini kurasakan sesuatu yang lain. Sesuatu yang sangat indah, yang belum pernah kurasakan sebelumnya, meski aku sudah sangat sering mengimami calon istriku yang di *****. Ada rasa bahagia yang sangat dalam, ketika aku salam dan melihat sepintas istriku yang juga salam. Inikah rasanya menikah? Sehabis itu kami berdoa sendiri-sendiri di hati – aku belum hafal doa-doa standar sehabis sholat dalam bahasa Arab, selain itu aku meyakini bahwa do’a itu urusan hamba dengan Robb-nya, tiap hamba punya urusan sendiri, jadi bagiku doa dipimpin itu sama saja dengan pemaksaan kehendak dari Imam pada makmumnya – dengan kekhusyukan yang belum pernah kurasakan sebelumnya.
Sehabis itu dia menyalamiku, mencium punggung tanganku dengan penuh kelembutan. Aku balas mencium keningnya dengan kelembutan yang kuusahakan sebanding. Lalu kami berpelukan agak lama, dengan dada kami menempel erat sehingga kami bisa merasakan detak jantung kami masing-masing. Indah sekali. Ya Alloh, maafkan aku sudah banyak membuat masalah sebelum ini dan baru menyadari nikmat-Mu yang satu ini setelah mengalaminya sendiri. Sungguh aku menyesal, ya Alloh.
“De, ade’ mau malam pertama kapan?”
“Ade’ ikut mas aja. Sepertinya mas lelah banget ya. Nanti malam istirahat saja ya. Ngga usah buru-buru masalah malam pertama, tenangkan dulu pikiran dan hati mas. Lagian nanti masih harus antar keluarga ustadz ke bandara sama lepas tamu-tamu. Ade’ mau SMSan sama mba’ **** (censored) nanti malam. Ngga apa-apa kan?”
“Ya, terserah ade’. Mas keluar dulu ya. Mau ngobrol dulu sama ustadz dan pak *******, (censored) lama ngga ketemu mereka, mas rindu pengen debat sama mereka lagi. Ade’ ngobrol aja dulu sama de’ *****, (censored) putri bungsu ustadz, dia pemahaman dan pengamalan agamanya bagus banget, ade’ bisa belajar banyak dari dia.”
“Ya, mas.” Setelah itu kami berpelukan sekali lagi, lalu keluar kamar.
Diluar kamar aku langsung mendatangi ustadz yang sedang ngobrol sama pak ******* (censored) dan mertuaku. Mereka menceritakan semua kenakalan-kenakalanku dulu, dan menceritakan sedikit kelebihanku terutama sebagai kutu buku, yang sering meminjami pak ******* (censored) buku-buku politik sebagai referensi mengajar di ***. (censored) Heboh banget pokoknya. Aku bergabung dengan mereka dan larut dalam obrolan. Sesekali aku melirik istriku yang ngobrol sama putri bungsu ustadzku dan kakak-kakaknya, serta mamanya sendiri. Sebentar-sebentar mereka ketawa kecil. Beberapa tamu pada pulang, dan akhirnya teman-temanku dan istriku ngobrol juga pamit. Istriku mengantarkan mereka berempat ke bandara dengan mobilnya, sementara aku dirumah ngobrol dengan papa, mama, dan kakak istriku. Setelah istriku pulang mereka bertiga juga pamit, setelah menasehati putri mereka panjang lebar.
“******, (censored) kamu sekarang sudah dewasa. Jangan terlalu manja lagi. Sekarang sudah ada tanggung jawab besar untuk taat pada suamimu itu. Jangan kamu kecewakan dia, karena itu artinya kamu kecewain dan bikin malu kami juga. Jangan terlalu banyak ada kata maaf dalam kehidupan kalian, tapi perbanyaklah kata terimakasih. Suamimu orang yang lebih tau agama dari kami, sehingga apa yang kami tak sempat berikan dulu bisa ditebus. Belajarlah, jangan berhenti pada satu titik dan merasa puas. Belajarlah menjadi wanita dewasa, belajarlah agama untuk kamu ajarkan pada anak-anak kalian, dan jangan lupa, kalian menikah karena ada masalah yang sangat penting diatas kepentingan kalian berdua. Jangan hanyut dalam kebahagiaan kalian berdua, pikirkan hal yang lebih besar dari itu. Papa mama dan kakak cuma bisa berpesan. Selanjutnya kamu sendirilah yang akan jalani itu semua.” Nasehat papanya panjang lebar, dan terasa sejuk di telingaku. Istriku memeluk mereka bertiga sambil menangis. Lalu papanya memandang kearahku dengan pandangan tajam. Beliau diam sejenak, lalu berkata.
“Mas *****, (censored) mas udah cukup lengkap pengalaman hidupnya berdasarkan kisah ustadz anda dan pak *******. Kami tak perlu banyak menasehati. Kami cuma pesan, jaga dan sayangi putri kami satu-satunya itu. Bimbing dia supaya dia menjadi tau tentang hidup, jangan segan untuk meluruskan kesalahan-kesalahannya. Jangan segan untuk datang pada kami ketika suatu saat nanti kalian mendapat kesulitan. Anggap kami orang tua mas, dan kakak mas ***** (censored) sendiri. Kami ikhlas menerima mas dengan segala kelebihan dan kekurangannya. Dan dengan ini kami pasrahkan putri kami dalam penjagaan, perlindungan, dan tanggung jawab mas *****. (censored) Semoga barokah dan bahagia dunia akhirat. Amin.” Lalu mereka bertiga memelukku dengan erat. Aku cuma bisa terdiam. Menangis, bahagia, haru, tapi juga berat.
Kami berdua mengantar mereka ke mobil. Setelah mereka pergi, kami berdua kembali ke kamar, ngobrol tentang rencana-rencana kami kedepan sampai adzan Maghrib berkumandang. Kami berjama’ah lagi, setelah itu aku tadarus seperti biasanya, sedangkan istriku tiduran di pangkuanku sambil SMSan entah sama siapa. Keadaan itu terjaga sampai adzan Isya’ berkumandang dan kami kembali berjama’ah seperti biasa. Sehabis itu aku tiduran, dan istriku masih SMSan entah dengan siapa. Kupandangi wajahnya, begitu cantik, manis, lembut, dan tulus. Kegembiraannya tidak dibuat-buat. Subhanalloh, aku masih belum yakin bahwa gadis secantik, sekaya, dan seterhormat dia itu sekarang sudah menjadi istriku. Kembali kuingat nasehat-nasehat orang tuanya dan ustadzku tadi siang. Tak terasa air mataku meleleh.
Sial, dia melihatnya. Secepatnya dia naik keatas tubuhku yang telentang, wajahnya sekarang ada didepan wajahku persis. Bidadari mungil ini tersenyum, meski aku tau dia menyimpan kesedihan melihatku menangis.
“Ada apa, mas? Kenapa dimalam bahagia ini mas malah menangis?” Tanyanya dengan lembut dan pelan banget.
“Ade’… ade’ jangan berpikiran yang ngga-ngga. Mas ngga kenapa-kenapa. Mas teringat nasehat-nasehat dari ustadz, papa, mama, dan dosen mas tadi siang. Pernikahan itu berat… mas takut tidak mampu mempertanggung-jawabkan ade’ di hadapan Alloh nanti di akhirat.” Jawabku dengan senyum yang kupaksakan.
Dia diam saja. Lalu memelukku dengan erat. Dia cium keningku dengan lembut. Lalu berbisik, “Kita akan jalani itu semua berdua, bertiga, berempat, atau berlima dengan istri-istri mas nanti. Semua akan lebih mudah ketika beban itu kita tanggung bersama.” Jawabnya dengan pandangan langsung kearah mataku.
“De’, poligami itu belum masuk kamus kehidupan mas. Poligami itu, cuma mas pahami sebagai sesuatu yang sangat berat tanggungjawabnya. Selain itu, mas belum paham sepenuhnya gimana konsep adil itu. Kalau pembagian materi, ade’ jelas tau apa yang mau dibagi dari mas. Mencukupi hidup mas sendiri aja masih berat, apalagi dengan dua atau lebih istri. Pembagian giliran, ade’ juga tau gimana urusan mas. Kalau mas udah di depan screen laptop atau dokumen-dokumen mas malas diganggu. Jelas giliran ade’ dan istri-istri lainnya jadi kacau. Belum kalau sewaktu-waktu mas harus ke luar negeri.” Terangku pada istriku yang mungil ini.
“OK, terserah mas aja. Ade’ ikut mas. Mas imam ade’ sekarang. Ade’ tau, mas ngga selemah ini, ngga sepesimis ini, ngga sepenakut ini. Ade’ tau, mas udah jalani hidup yang keras dan lengkap. Jangan kaget kalau ade’ juga tau, mas sudah sering membantu masalah-masalah keluarga teman-teman mas yang udah menikah, sejak SMA dulu. Misalnya keluarga **** dan *****. Mas yang masih SMA bisa meyakinkan orang tua mereka, yang sebelumnya ngga bisa menerima pernikahan kedua teman mas itu. Ade’ tau kelebihan dan kekurangan mas. Ade’ insyaAlloh bisa menghargai dan menerima itu.” Jawabnya dengan nada tegas.
“Terus, masalah harta…”
“Tenang, semua yang ade’ punyai sekarang milik mas juga. Mas boleh memakainya sesuka mas. Ade’ yakin mas mampu me-manage-nya. Semua itu boleh juga dibagi untuk istri-istri mas yang lain nanti kok…” “Subhanalloh!” Jeritku dalam hati. Baru kutahu ternyata dia selain cantik juga sebaik ini. Aku tak bisa jawab apa-apa. Aku cuma bisa memeluknya dan mencium keningnya. Sehabis itu aku menyiapkan buku-buku dan dokumen-dokumen yang perlu kuanalisa besoknya. Istriku masih SMSan dengan mba’ nya yang sangat disayanginya itu. Jam 11 malam aku udah ngantuk banget, tapi dia belum. Aku mohon ijin mau tidur, dia mengiyakan, akhirnya aku tidur dalam pelukan hangat seorang istri untuk pertama kalinya dalam hidupku. Alhamdulillah.
Pagi-pagi jam 3 aku terbangun, istriku tergeletak disampingku, dengan HP masih digenggaman tangannya. Aku mau tahajud, dan mau ajak dia sekalian. Tapi kulihat-lihat ada yang aneh dengan anak ini. Dia lebih mirip orang pingsan daripada orang tidur. Kucoba bangunkan dia, dia ngga bisa bangun. Aku begitu panik sampai hampir lupa mau bawa dia ke Rumah Sakit. Untung aku masih ingat bahwa itu tindakan yang sangat berbahaya kalau sampai dia diantar “orang tak dikenal” seperti aku ke Rumah Sakit. Aku tahajud sendiri mendoakannya supaya lekas bangun sampai adzan Subuh berkumandang. Aku lanjutkan dengan sholat Fajar yang menjadi kebiasaanku lalu sholat Subuh yang seingatku sangat khusyuk. Sehabis Subuh belum ada tanda-tanda yang lebih baik. Akhirnya aku coba SMS mba’ ****, siapa tau bisa membantu. Mba’ malah membalas dengan kata-kata perpisahan. Kucoba bujuk dia untuk mencabut kata-kata itu karena istriku sayang banget sama dia. Kubisikkan kata-kata dari SMS mba’ ke telinga istriku dan dia akhirnya bangun, terus SMSan sama mba’. Semakin dia SMS semakin kulihat dia menjadi sehat. Dia bilang tadi malam sempat ribut sama mba’, tapi sekarang udah baikan, Alhamdulillah.
Setelah semuanya normal, aku kembali ke meja dan menghadapi laptop dan dokumen-dokumen yang sejak beberapa minggu lalu menjadi fokusku bersama beberapa peneliti lain dari luar negeri. Istriku kemudian mandi di kamar mandi dalam kamar, dan keluar dengan badan yang wangi. Wajahnya udah ceria lagi. Dia lalu duduk di pangkuanku, dan dia kemudian bilang kalau dia “pengen” melakukan “itu.” Langsung konsentrasiku hilang mendengar kata “itu”. Melihat wajah penuh pengharapannya aku jadi ngga tega.
Aku diam beberapa saat, menguatkan hatiku, bertanya apa aku perlu mandi dulu tapi dia bilang ngga usah, akhirnya kugendong dia ke kasur. Setelah membaca doa perlindungan yang sudah kuhafal beberapa hari lalu, kamipun menikmati … (tau sendirilah, ngga perlu kuceritakan lebih lanjut daripada blog temenku ini kena sensor BSF dan melanggar UU Pornografi…). Selesai semuanya, kulihat ada noda darah di spray, satu hal yang sebenarnya sangat mengejutkanku karena aku memang tak terlalu berharap mendapatkan kegadisannya, mengingat dunianya hidup selama ini yang begitu bebas. Alhamdulillah, ternyata dia wanita yang, insyaAlloh, pandai menjaga diri. Begitu kulihat wajah istriku, kulihat ada cahaya kelegaan. Subhanalloh, inikah cinta itu. Kami kemudian tidur berpelukan sampai adzan Dzuhur berkumandang. Dan inilah saatnya untuk melakukan mandi besar pertamaku bersama seorang wanita.
Hari-hari kami berikutnya terasa ada yang lebih. Malam terasa begitu cepat dan siang terasa begitu lama menunggu dia selesai jobnya. Sampai lewat bulan puasa tahun ini, berarti dua bulan kami jalani hidup dalam ikatan pernikahan ini, begitu banyak kejadian yang sampai sekarang masih belum bisa kupahami ada hikmah apa di balik ini semua. Beberapa kejadian membuat hubungan antara keluargaku dan keluarga ustadz muda dari Jatim itu tambah dekat dan akrab. Dimana keluargaku ada masalah, keluarganya juga merasakannya dan ikut berpusing-pusing ria membantu memikirkan gimana pemecahannya, dan begitu juga sebaliknya, dan Alhamdulillah, hal itu masih terjaga sampai saat aku menuliskan kisah ini. Ada juga seorang gadis lain masuk kedalam kehidupan bersama kami kurang lebih 2 minggu setelah aku menikahi gadis mungil itu. Kisah yang membuatku berlinang air mata waktu mengingatnya, karena aku dan gadis mungilku itu hanya sempat merasakan kebersamaan yang indah dengan gadis baru itu selama dua mingguan saja. Setelah gadis baru itu meninggalkan kami berdua, muncul lagi penggantinya yang masuk dalam kehidupan kami pada minggu-minggu akhir bulan puasa kemarin, tepat pada peringatan ulang tahun istri mungilku yang ke 25. 2 minggu yang berat tapi juga indah, insyaAlloh akan kutulis di lain kesempatan. Amin. Yang pasti, aku tambah cinta sama kamu, mungil…

Untuk gadis mungilku, terimakasih untuk semuanya. Aku tak tahu harus mengatakan apa, yang jelas aku sangat bersyukur punya istri sholehah (insyaAlloh) sepertimu. Terimakasih sudah mendampingiku disaat semuanya terasa berat. Mataku baru terbuka pada satu kenyataan bahwa, selain cantik, kaya, dan terhormat, kamu juga punya kemauan keras untuk belajar. Kamu sangat cerdas, harus jujur kuakui itu. Pada beberapa saat kamu mengingatkanku pada istri-istri nabi SAW dan sahabat-sahabatnya. Ingat istriku, jihad kita insyaAlloh masih panjang. Jaga itu semua sampai ujung usia kita tiba.
Untuk gadis mungil kedua, putri bungsu ustadzku, terimakasih sudah membantu istriku menjalani hidupnya bersamaku. Meski pada awalnya aku sangat berat untuk menerimamu, tapi aku tak mau mengecewakan penantianmu selama 8 tahun itu. Aku belum pernah menemui wanita secantik kamu, semanis kamu, sebaik kamu, sesholehah kamu, setaat kamu, secerdas kamu, sepolos kamu, dan seterusnya. Kamu cahaya bagiku meski hanya bersinar terang selama dua minggu saja. Tapi di hatiku dan orang-orang yang pernah mengenalmu, kamu tak akan pernah padam. Selamat jalan sayang.
Untuk gadis mungil ketiga, kamu memberikan cahaya baru bagi keluargaku dengan mata biru indahmu. Maafkan aku yang kurang ikhlas menerimamu pada awal-awal kebersamaan kita. InsyaAlloh aku sudah ikhlas sekarang, dan siap untuk berjihad bersama-sama. Tolong bantu mba’ mungilmu dengan pengetahuan dan pengamalan agama, yang kutahu kamu memilikinya, karena seperti kamu tahu, setiap saat bahaya mengancam kami berdua, dan bisa merenggut nyawa kami setiap saat. Terimakasih sudah membantu menguatkan hati yang rapuh ini dengan senyummu yang menenangkan. Jaga baik-baik janin dalam perutmu supaya kamu bisa melahirkan mujahid-mujahidah yang akan membantuku nanti, amin.
Untuk seorang gadis mungil lain yang 9 tahun lebih ini menantiku meminangnya, aku tak berani berjanji selain, aku akan berusaha semampuku dan secepat mungkin. Aku tak mau membuatmu menunggu lebih lama lagi. Setiap malam aku tak bisa tidur nyenyak kalau ingat kegelisahanmu, harapan-harapanmu, impian-impianmu bersamaku, dan sebagainya, meski disampingku ada dua wanita yang memelukku dalam tidurku. Sungguh, aku lebih mencintaimu dibanding 3 wanita yang kusebut sebelumnya, dan mereka pun tahu itu. Mereka sama sekali tidak keberatan, apalagi cemburu padamu. Semoga impian-impian kita bisa dikompromikan, dan terlaksana secepatnya, amin amin ya robbal ‘alamiin.
Untuk keluarga Ustadz dari Jatim, semoga ukhuwah kita terjaga selamanya. Sudah terlalu banyak hal terjadi pada keluarga kita berdua, dan itu membuat kita bukan semakin menjauh, tapi malah semakin mendekat. Semoga istrimu mendapat “adik” yang diinginkannya, secepatnya, amin. Sesungguhnya aku tak pernah mengira bahwa istri mungilku bertautan darah yang tidak terlalu jauh denganmu. Subhanalloh.
Untuk Eko, terimakasih sekali lagi untuk ruangan berbaginya. Semoga ada ibroh bisa kamu petik dari sini, sekalian untuk persiapan pernikahanmu. Tentang pekerjaan, apapun pilihanmu, serahkanlah pada yang Maha Kuasa. Semoga Alloh menunjukkan hidayah-Nya padamu dan kamu dikaruniai kehidupan yang lebih baik dari sekarang. Bersiaplah untuk menikah sebelum datang fitnah. Dunia nyata tak seperti novel dan film cinta, jangan berkaca dari karangan yang timbul dari khayalan manusia. Belajarlah dari pengalaman orang-orang yang telah mengalaminya. Merci pour tout.
Untuk Nina adikku, meski kamu pernah memarahi abang karena pernikahan ini, dan meski akhirnya kamu mau menerima gadis mungil itu sebagai kakak iparmu “yang pertama”, abang tetap sayang kamu. Abang ucapkan terimakasih atas dukunganmu. Dukungan setelah kritik tajam biasanya tulus dan abadi. Sungguh, masih banyak yang belum kamu tahu tentang hidup, apalagi kehidupan pernikahan abang yang bagi orang kebanyakan mungkin tidak wajar. Abang masih agak sulit menceritakan semuanya padamu lewat SMS, abang lebih tenang jika suatu saat kita duduk berdampingan dan abang ceritakan semuanya, dan terserah kamu pandang seperti apa. Tanpa pemahaman yang menyeluruh cerita abang hanya akan menimbulkan caci maki dan kebencian. Sekali lagi, terimakasih, abang sayang kamu, adikku.
Untuk seorang gadis kecil yang lucu, kepolosanmu terkadang menggelikanku dan kakak-kakakmu. Belajarlah untuk menjadi agak dewasa sedikit. Aku tahu kamu sebenarnya bukan anak manja, melainkan anak yang terbiasa menderita sepertiku. Belajarlah dari ketiga kakakmu, insyaAlloh hidupmu akan diliputi kebahagiaan. Amin.

Minggu, 02 November 2008

Hidup jangan cuma tidur....

Untuk dapat menikmati hidup, hal terpenting yang perlu kita lakukan adalah menjadi  SADAR. Inti dari kepemimpinan adalah kesadaran. Inti spiritualitas juga adalah kesadaran. Banyak orang yang menjalani hidup ini dalam keadaan 'TERTIDUR' mereka lahir, tumbuh, menikah, mencari nafkah, membesarkan anak, dan akhrinya meninggal dalam keadan 'TERTIDUR'.

Analoginya adalah seperti orang yang terkena hipnotis. Kita tahu dimana menyimpan uang. kita juga tahu persis nomor pin kita. dan kita pun menyerahkan uang kita pada orang yang tidak kita kenal. Kita tahu, tapi kita tidak sadar. Karena itu, kita bergerak bagaikan robot-robot yang dikendalikan orang lain, lingkungan, jabatan, uang, dan harta benda.

Pengertian menyadari amat berbeda dengan mengetahui. Kita tahu berolah raga penting untuk kesehatan, tapi kita tidak juga melakukannya. Kita juga tahu memperjual belikan jabatan itu salah, tapi kita menikmatinya. Kita pun tahu berselingkuh dapat menghancurkan keluarga, tapi kenapa ada sebagian dari kita tidak dapat menahan godaan. Itulah contoh mengetahui tapi tidak sadar !!!

Kematian mungkin suatu stimulus terbesar yang mampu menyentakkan kita. Banyak tokoh terkenal meninggal begitu saja. Mereka sedang sibuk memperjualbelikan kekuasaan, saling menjegal, berjuang meraih jabatan, lalu tiba-tiba saja meninggal. Bayangkan kalau kita sedang menonton di bioskop. Pertunjukan sedang berlangsung seru ketika tiba-tiba listrik padam dan petugas bioskop berkata, " silahkan anda pulang, pertunjukan sedah selesai, listriknya tidak akan hidup kembali."

Hihup ini seringkali menipu dan menina bobokkan orang, untuk menjadi bangun kita harus sadar mengenai tiga hal, yaitu siapa diri kita, dari mana kita nerasal, dan kemana kita akan pergi. Untuk itu kita perlu sering mengambil jarak dari kesibukkan kita dan melakukan kontemplasi.

Ada sebuah ungkapan menarik dari seorang filsuf perancis, Teilhard de Chardin, " Kita bukanlah manusia yang mengalami pengalaman-pengalaman spiritual, kita adalah mahluk spiritual yang mengalami pengalaman-pengalaman manusiawi. "Manusia bukanlah 'mahluk bumi' melainkan 'mahluk langit' kita adalah mahluk spiritual yang kebetualan sedang menempati rumah kita di bumi. Tubuh hanyalah rumah sementara bagi jiwa kita. Tubuh diperlukan karena merupakan salah satu syarat untuk bisa hidup di dunia. Tetapi, tubuh ini lama kelamaan akan rusak dan akhirnya tidak dapat digunakan lagi. Pada saat itulah jiwa kita akan meninggalkan 'rumah' untuk mencari 'rumah' yang lebih layak. Keadaan ini kita sebut meninggal dunia. Jangn lupa, ini bukan berarti mati karena jiwa kita tak pernah mati. Yang mati adalah rumah sementara kita atau tubuh kita sendiri.

Coba kita resapi paragraf diatas dalam-dalam. Badan kita akan mati, tapi jiwa kita tetap hidup. Kalau kita menyadari ini, kita tidak akan menjadi manusia yang ngoyo dan serakah. Kita memang perlu hidup, perlu makan, tempat tinggal, dan kebutuhan dasar lainnya. Bila kita sudah mencapai kebutuhan tersebut, itu sudah cukup  !! buat apa sibuk-sibuk mengumpul-ngumpulkan kekayaan -- apalagi dengan menyalahgunakan jabatan -- kalau hasilnya tidak dapat kita nikmati selama-lamanya. Apalagi kita sudah merusak jiwa kita sendiri dengan berlaku curang dan korup. Padahal, jiwa inilah milik kita yang abadi.

Lantas, apakah kita perlu mengalami sendiri peristiwa-peritiwa yang pahit agar kita sadar?? jawabnya : IYA !! tapi kalau merasa cara tersebut terlalu mahal, ada cara kedua yang jauh lebih mudah : belajarlah MENDENGARKAN !!!. dengarlah dan belajar lah dari pengalaman orang lain. Bukalah mata dan hati kita untuk mengerti, mendengarkan, dan mempertanyakan semua pikiran dan paradigma Anda. Syang, banyak orang yang mendengarkan semata-mata untuk memperkuat pendapat mereka sendiri, bukannya untuk mendapatkan sesuatu yang baru yang mungkin bertentangan dengan pendapat mereka sebelumnya. Orang yang seperti ini masih tertidur dan belum sepenuhnya bangun.

Sabtu, 20 September 2008

Sebuah pembelajaran dari sebuah pilihan

ckckckckck....judulna panjang amat yagh...tapi itulah yang dirikuw rasakan sekarang setelah keluar dari RRI per 1 september 2008, awalnya ngerasa sedih...galau...kacau...ampur aduk dah coz dunia penyiaran udah mendarah daging di badan ku...diriku ngerasa nyaman banget walaupun gajinya gag terlalu besar cuma ngersa ada kepuasan batin yang gag mesti di tekan2 seperti kerjaan yang satunya...tapi setelah seminggu ngjalanin kembali kehidupan sebagai seorang P****I diriku mulai bisa merasakan kenyamanan ....kenapa?? gag musti bangun pagi2 buat siaran subuh, gag musti dikejar2 ma PA kalau mau ngumpul...semoga ajagh lah apa yang udah diriku pilih bisa bermanfaat nantinya buat masa depan ku...

Jumat, 29 Agustus 2008

hikss.....i'm a loser



hidup ini penuh dengan pilihan...itu kata kebanyakan orang, awalnya dirikuw gag begitu percaya karena selama ini sy bisa ngejalanin hidup dengan apa adanya, tanpa perlu repot-repot memilih...sy baru ngerasa betapa sulitnya memilih akhir-akhir ini ketika sy dihadapkan dengan 2 pilihan...antara P****I dan Penyiar....!! sy harus bisa milih satu diantaranya. Semuanya sih berawal dari kesalahan sy sendiri yg gag bisa me manage kerjaan sy...!!! dilematis memang cuma bukannya kita gaag bakalan bisa berdiri di 2 perahu??? pasti bakal kecebur...!!!! nah itu yang sy rasain sy udah kecebur basah dan gagal!!! tapi sy masih harus memilih perahu mana yang bakal sy tumpangi untuk bisa ketepian....? RRI kah atau P***I???? bingung???? banget karena ada beberapa pertimbangan di RRI sy nemuin siapa sy sebenarnya...ide2 kreative sy bisa tersalurkan dan sy ngerasa pw banget berada di lingkungan seperti ini...namun disuatu sisi sy juga gag bakalan bisa ninggalin kerjaan yg satunya...banyak alasan yang bisa sy sampaikan yang cuma sy dan tuhan yang tau!!! huuhh dengan penuh pertimbangan Finally sy memilih untuk keluar dari RRI keluar dari lingkungan yang begitu sy cintai...kerjaan yg walaupun gajinya gag begitu besar nmun bikin sy nyaman dan pw!!! walaupun sebenarnya gag tega ninggalin swemua yang ada di RRI karena sy dengan mereka(Indra, Bunsent, Riri, Hany dkk) udah ada ikatan yang cukup kuat satu sama lain...sedih??? pastinya mungkin air mata ini udah habis dan gag bsa keluar lagi karena perasaan yang bgitu sedih!!!!(ini jujur) 
sempat berpikir ...kenapa sy udah masuk P****I duluan???? kenapa gag RRI duluan...tapi apa mau dikata lagi!!! keputusan udah di ambil

SY KELUAR DARI RRI

terhitung mulai dari tanggal 1 September 2008, so buat temen2 pendengar pro2, sy mohon maaf sebesar-besarnya kalau selama sy siaran di Pro2 ada kata-kata yang menyinggung atau menyakitkan hati!!!! maaap banget buat temen2 pro2...RIRI, INDRA, BUNSENT, HANY, FETY .... tengkyu bnaget udah jadi bagian hidup sy!!! maap banget kalau terkadang sy nyebelin, suka merintah atau mungkin suka ngomongin kalian tapi jujur sy gag bakal bisa ngeluapain kalian u r da bez....fren i ever had!!!! hiks...sedih baget guyz!!! keep fighting....yagh tetep perjuangkan PRO2 MORE THAN JUST RADIO

Insya Allah kalu gag ada halangan sy bakal gabung lagi dengan kalian...!!!!

 luv u all guyz

Sabtu, 23 Agustus 2008

semangaaaddddd

udah lama bnagt rasanya gag nulis ni blog bukannya gag mau cuman kebetulan sibuk luar biasa...belum siaran belum lagi kerjaan ntu...tapi deemaz harus semangad!!!! tetap semangaddd....gag boleh menyerah...oy maw ngucapin tengkyu sebanyak2nnya dulu deh buat temen-temen yang udah ngasi support ketika saiyagh down kemaren terutama buat mmmm A***A hehe tengkyu banget udah bikin sy semnagad buat ngejalanin ini semua
tetap semangaaaaddddddd

Selasa, 22 Juli 2008

Cinta untuk gadis manis mungilku (part 1: beratnya tumbuhkan cinta)

Seorang sahabat pernah bercerita tentang complicetednya sebuah CINTA yang hanya terdiri dari 5 huruf namun penuh dengan sejuta misteri…berikut ini saya coba paparkan berdasarkan apa yang telah sahabat ku ceritakan…!!!!

Cinta untuk gadis manis mungilku (part 1: beratnya tumbuhkan cinta)

(Hari Pertama)
Sore itu, aku baru menyadari bahwa jodoh itu merupakan hal yang sangat misterius. Diantara 3 rahasia Alloh – itupun kalo mau dilihat sebagai 3, karena kulihat ketiganya adalah satu, bukan bermaksud untuk membicarakan doktrin salah satu agama yang dianut beberapa anggota keluargaku, namun karena pada hakikatnya, jodoh dan umur pun termasuk rejeki – yang namanya jodoh itu merupakan yang paling complicated jika dibandingkan dengan rejeki maupun umur, bahkan pada diriku sendiri yang pernah terkenal pada waktu SMA dulu sebagai playboy.
Awalnya, aku sangat benci gadis mungil itu, apalagi dunianya. Dunia dimana privasi individu dan kejujuran menjadi diri sendiri bukanlah sesuatu yang patut dihargai, namun malah sebaliknya, dimana kepandaian berpura-pura dengan kepalsuan yang dibuat-buat malah mendapatkan penghargaan setinggi-tingginya. Dunia yang sudah kubenci sejak SMP, karena sejak itulah aku mengenal filsafat-filsafat anti-kemapanan yang kemudian tertanam dengan sangat kuat dalam otak dan hatiku.
Aku tak pernah peduli pada kemunculan gadis mungil yang aku pikir telah tenggelam dalam dunia palsu itu. Malah aku pernah merasa benci padanya, meskipun belum pernah bertemu dan berkenalan dengannya, karena “kepalsuannya” kuanggap sangat menghina prinsip-prinsip hidupku, agamaku, yang paling mendasar. Sungguh, aku dulu tak pernah membayangkan, bahwa perasaan yang timbul hanya dari tahu penampilan saja itu, ternyata sedang mencemooh aku sekarang ini.
Aku bukan orang yang mudah jatuh cinta, namun sebagai mantan “el-crocodilo” instingku terhadap perasaan gadis yang baru kukenal sangat kuat. Aku dengan gampang bisa menebak watak, sifat, dan pembawaan seorang wanita (baik yang masih gadis maupun ngga), hanya dengan berbicara dengannya selama minimal 10 menit. Kepekaan syarafku terhadap perasaan wanita itu pulalah yang mengejekku sekarang ini. Aku selalu menduga bahwa, takkan pernah terlintas dalam pikiran gadis seperti dia untuk mencintaiku, dan sekarang aku sadar bahwa aku salah. Aku tak tahu kenapa aku bisa salah seperti ini.
Dia – harus jujur kuakui – gadis yang sangat manis, disukai banyak orang, feminim, smart, berambut hitam panjang, jarang memakai make-up, jadi kecantikan wajahnya benar-benar alami. Beberapa sifat dan penampilan itu cocok dengan apa yang kusebut sebagai “my type”. Tapi diluar itu, sebelumnya, aku juga sangat membencinya karena dia hanya memakai jilbab – yang merupakan kriteria pertamaku dalam mencari pendamping hidup – pada saat dibutuhkan orang-orang yang ingin mendapatkan sedikit “keuntungan” duniawi dari penjualan kecantikan wanita itu saja.
Seorang teman kemudian mempertemukanku pada gadis mungil itu, setelah dia menyampaikan kritikku atas keikutsertaannya dalam salah satu kegiatan “obral kecantikan”. Ternyata, apa yang SEDIKIT kupikirkan tentang selama ini salah besar lagi. Dia ternyata seorang gadis mungil yang sangat matang, sangat tahu perannya dalam dunianya, dan ingin berjuang untuk keluar dari situ, serta ingin membantu teman-temannya yang belum terlalu jauh terbius dalam gemerlapnya dunia palsu yang gila itu. Dia ingin melawan semua kebiadaban yang dialami teman-teman lama maupun baru di dunianya itu, namun tak ada teman disana yang berani menegakkan kepala menghadapi kejamnya penguasa-penguasa dunia semu itu.
Dia memelukku, menangis, lalu bercerita banyak mengenai kebiadaban dan ketidaknormalan perilaku manusia-manusia yang tersesat dan terbius oleh gemerlap palsu dunia jahanam itu. (pembicaraan tak perlu diungkapkan disini, karena akan merusak inti cerita ini –ed.) Dia butuh seseorang yang mau dan mampu membantunya keluar dari situ, dan membantunya menghancurkan tatanan kehidupan penuh ilusi itu. Dia pikir orang itu adalah aku. Aku tak tahu kenapa, lalu dia menjawab, “Karena kamu orang yang berani, lugas, dan menguasai banyak hal yang dibutuhkan untuk tujuan itu.” Intinya, dia yakin aku bisa dia ajak berjuang…
Aku ikut menitikkan air mata, sesuatu yang bagi orang seperti “aku” merupakan sebuah hal yang menggelikan, sebuah ungkapan kekalahan, namun sekaligus juga ungkapan perasaan bersalah pernah “menuduh”nya sebagai salah satu agen perusak bangsa “maling” ini. Aku tak kuasa menatap bening mata jujurnya sewaktu mengatakan, “tolong bantu aku…” Apalagi sore itu dia memakai kerudung besar biru muda, dengan baju putih longgar “muslimah” – istilah yang sangat menggelikan bagiku – yang dipadu dengan rok longgar biru gelap yang benar-benar membuatku silau, jauh berbalik dengan penampilan “standar”nya yang suka mengobral rambut dan aurat lainnya. Aku merasa tertampar.
Aku takkan pernah lupa bagaimana dia mengatakan, “Aku udah banyak menjumpai orang yang kupikir bisa menolongku dengan tulus, tapi ternyata semuanya sama saja. Mereka cuma mau menolongku karena tertarik pada kecantikan wajahku saja. Aku tak tau kenapa aku bisa percaya sama kamu untuk menolongku, tapi aku (atas saran temenku yang juga merupakan pengagumnya –ed.) udah baca tulisan-tulisan kritismu di **** (censored), dan entah kenapa saat itu juga aku langsung ingin menemuimu.”
Aneh, aku – yang saat itu sudah menjalin satu hubungan dengan satu gadis lain – seolah-olah terbius matanya, suatu hal yang belum pernah terjadi sebelumnya. Aku tak mampu menjawab sepatah katapun. “Ba***at!!!” (censored) serapahku dalam hati, mendengarkan kenyataan bahwa dunia yang sangat kubenci itu ternyata jauh lebih parah kerusakannya daripada yang pernah aku pahami sebelumnya. Aku masih diam menunggu dia menyelesaikan isak tangisnya. Setelah selesai, aku usapkan tissue yang diberikan temenku untuk menghapus sisa-sisa air mata yang masih meleleh dipipinya yang putih bersih itu.
Setelah tangisnya berhenti aku ajak bicara gadis mungil yang matanya masih merah itu. Aku katakan, “Maaf, kamu bukan siapa-siapaku, sebagai Muslim aku wajib melindungi semampuku sesama saudaranya yang perlu perlindungan, namun sebagai lelaki yang tak ada komitmen untuk saling terikat denganmu aku tak bisa berbuat lebih jauh, selain hanya berdoa semoga kamu selalu dilindungi Alloh.” Dia tertegun agak lama, mungkin kecewa dengan jawabanku yang tak pernah diduganya.
“Jadi kamu ngga mau menolongku?” Tanyanya diikuti tatapan tajam mata indahnya langsung ke mataku. “Oh, my God, this is not like you are thinking about…” Jeritku dalam hati. Aku merasa seperti dipojokkan. “Aku akan membantumu, dengan tulisan-tulisan di **** (censored) yang semoga saja bisa membuka kesadaran orang mengenai keluhanmu.” Lanjutku kemudian. “Itu ngga ada efeknya sama sekali sama aku yang selalu mendapat tekanan langsung kalau aku berani mengungkapkan masalah ini.” Lanjutnya dengan nada datar. “Oh, my God, the only God…” rintihku dalam hati. “So, what can I do for you?” tanyaku. Aku tak dapat membayangkan aku akan tahan bersama dengan gadis ini lebih lama lagi… Aku ingin secepatnya pergi dari sini. Gadis cantik ini benar-benar mengganggu pikiranku dengan kisahnya, karena itu aku bermaksud untuk segera menutup pertemuan ini dengan pertanyaan itu.
Aku lagi-lagi harus menyadari bahwa pertanyaan dan anggapanku tadi salah besar. “Bagaimana kalau kamu melakukan sesuatu yang membuatku menjadi halal bagimu? Kamu tentu tau maksudku?” Katanya dengan nada datar khasnya, sebuah pertanyaan sederhana yang bisa dijawab hanya dengan satu kata, ya atau tidak, tapi berdampak sangat besar dalam kehidupan kami berdua setelahnya, apapun jawabanku. God! Aku tak pernah mengira bahwa aku akan mendapat jawaban seperti itu. Hati dan pikiranku menjadi blank untuk beberapa saat lamanya. Aku tak tau harus menjawab apa, aku SMS seorang teman ustadzku di Jawa Timur, kuceritakan masalah ini dan aku mohon bantuan jawabannya secepatnya.
Sejenak kemudian sebuah SMS masuk ke HPku. “UDAH, KAMU NIKAHI SAJA DIA SECEPATNYA. KAMU NGGA AKAN TAU APA HIKMAH DIBALIK INI SEMUA, TAPI MEMBIARKANNYA BEGITU SAJA BUKANLAH SIFAT ASLIMU YANG KUKETAHUI. KALO KAMU NGGA MAU SESUATU YANG BURUK TERJADI, NIKAHI DIA SECARA SYIRRI. KAMU TETAP WAJIB MELINDUNGI DIA, P***K (censored) TIDAK TAU, DAN DIA LEBIH TENANG.” Aku berikan HP ke gadis itu, dia membacanya, sesaat kemudian dia berkata, “Aku setuju dengan temanmu, aku hanya perlu jawabanmu sekarang juga. Ya atau tidak…” Aku tak tau bagaimana bentuk mukaku waktu itu, yang jelas aku hanya bisa menjawab, “InsyaAlloh.”
Sehabis itu dia menghubungi orang tuanya, dan kami berempat sepakat untuk bertemu lagi besok paginya. Aku pulang dengan hati yang masih bimbang. Aku tak tau kenapa gadis seperti dia mau menikah denganku, pada pertemuan pertama lagi. Sempat aku curiga, jangan-jangan dia diumpankan ********* (censored) untuk menjebakku, seperti yang biasa terjadi pada siapapun yang mencoba untuk membongkar kejahatannya, apalagi ayahnya orang Inggris murni. Aku tak bisa tidur tenang malam itu. Aku bahkan tak bisa tidur sama sekali. Pikiranku melayang kesana kemari. Aku masih tak percaya bahwa besok aku harus membicarakan pernikahan dengan gadis yang baru sehari kukenal, dan baru sekali kutemui.
Aku habiskan rokok hampir dua pak penuh Djarum Super isi 16 malam itu saja. Padahal aku udah berniat untuk mengurangi jatah rokokku supaya ngga kaget kalau harus berhenti merokok nanti. Untuk meredakan kegelisahanku, aku sholat istikharoh, sholat sunat yang lama sekali tidak kulakukan, mungkin karena aku terbiasa stay calm and cool dalam menghadapi setiap masalah yang timbul. Kasus ini membingungkanku, totally confusing. Aku sholat dan berdoa, lama sekali, aku menangis, mengadukan segala permasalahanku pada Robb-ku. Setelah sholat aku tidur, dan… Gadis itu hadir dalam mimpiku. Dia tersenyum, manis sekali…
(Hari Kedua)
Aku pusing banget pagi itu. Aku bangun dengan hati kacau, meski pikiranku udah agak tenang. Aku mandi dan bersiap-siap menunggu gadis itu datang menjemputku. Jam 8 lebih sedikit dia datang dengan mobil *** hitam ****** nya, (censored) satu hal yang sebenarnya sudah cukup untuk membuatku down untuk menemuinya. F**k (censored) it all!!! Aku berdiri, seorang bidadari dengan kerudung hitam, baju putih berbordir emas dan rok hitam turun dari mobil itu. Kembali aku tertegun melihatnya.
“Heh, ayo naik. Udah ditunggu papa mama nih…” tegurnya melihat aku yang masih saja bengong. “Subhanalloh, cantik banget anak ini, apa iya aku akan menikahinya…” jeritku dalam hati. Sebelum kami pergi aku udah berdoa dan pasrahkan semuanya pada Alloh, kalau emang ini merupakan sebuah jebakan yang akan menghabisiku aku udah rela, tapi tentu saja aku tak akan pasrah tanpa perlawanan begitu aja. Aku SMS temenku, kutitipkan semua buku, dokumen, dan data di komputerku, dan minta dia untuk menulis tentangku kalau aku tiba-tiba menghilang.
Aku naik ke mobil dengan hati yang tak menentu. “Bismillahi tawwakaltu ‘alallohi laa haulaa walaa quwwata ila billah…” doaku dalam hati begitu kututup pintu mobil bagus yang tak tahu akan bisa kuperoleh dalam waktu berapa tahun dengan pekerjaan sebagai penulis hal-hal yang tidak populer ini. Aku belum bisa menyopir, jadi aku duduk di samping gadis yang menyopir dengan kelincahan yang mengagumkanku itu. Dia banyak menanyakan mengenai tulisan-tulisanku, sejak kapan aku menulis, kenapa aku tertarik dengan hal-hal yang bagi orang banyak termasuk asing. Semua pertanyaannya kujawab seperlunya, tanpa basa basi, sambil di dalam hati kulafalkan zikir, “Ya Alloh, Ya Alloh, Ya Alloh…”
Akhirnya kami sampai juga di rumahnya. Di pintu depan kami disambut oleh kedua orang tuanya. Papanya langsung menyalamiku dan memelukku. Segera kami masuk ke ruang makan rumah besar itu. Kami langsung menyantap makanan yang udah terhidang, gadis itu seolah tau aku ngga terbiasa makan dengan pisau di tangan kanan dan garpu di tangan kiri, bergegas mengambilkan aku sendok dan garpu untukku. Sewaktu menyerahkannya, tangannya menyentuh jariku, entah kenapa aku malah memeganginya agak lama, setelah kesadaranku pulih aku segera tepis tangannya dan aku menunduk. “Astaghfirulloh al ‘adziiem...” Seruku dalam hati. Aku memang bukan ustadz, bukan orang alim, namun aku masih sadar bahwa aku bisa saja tertarik padanya kapan saja, dan itu bahaya. Dia tersenyum dan kembali duduk disampingku.
Kami kemudian makan, hening, sampai papa gadis itu mulai membuka pembicaraan. Aksen British-nya kentara sekali. Beliau menanyakan keseriusan anak gadisnya itu, dan tanpa basa-basi dia mengiyakannya dengan sikap mantap. Lalu dia menanyaiku. Aku agak gagap menjawabnya. “Emm, ya sir. Tapi perlu diketahui bahwa sayapun saat ini sedang menjalin satu hubungan serius dengan seorang gadis lain di *****. (censored). Jadi kalaupun saya menikah dengan ***** (censored), anda dan dia harus rela untuk menerimanya kalau sudah tiba saat saya harus menikahi gadis itu nanti.” Jawaban itu mengalir begitu saja.
Sang papa kemudian menanyai anak gadisnya apa dia bersedia. Seperti tadi, dia mengiyakan dan mengangguk dengan mantap. Sungguh, kalau aku bukan orang yang sedikit bisa menahan diri, aku pasti sudah lari dari situ saat itu juga. Aku tak pernah terbayang untuk poligami seumur hidupku, kecuali dalam bercanda sama temen-temen saja. Aku berkeringat dingin. Lututku gemetar. “Bagaimana mas?” Tanya papanya mengejutkanku. “Iy… iy… Yes, sir. InsyaAlloh saya… (aku terdiam agak lama) saya siap. Tapi ada aturan-aturan main yang harus anda semua sepakati. ” jawabku yang akhirnya menemukan kembali kejantananku yang dari kemarin seolah meninggalkanku entah kemana.
Lalu kami membahas masalah-masalah yang akan kami hadapi (tentu saja ngga akan kubahas disini), lalu aturan-aturan yang kutetapkan, Alhamdulillah semua setuju, termasuk kewajiban mengenakan jilbab kalau dirumah, meskipun saat tidur. Setelah selesai, gadis itu kemudian mendekatiku, memelukku dari belakang dan mencium pipi kananku di depan kedua orang tuanya sambil berbisik, “Makasih ya…” lalu kami masuk pembicaraan untuk menetapkan kapan dan dimana akad nikah mau dilangsungkan. Akhirnya tercapai kesepakatan ngga lebih dalam waktu kurang dari satu bulan kedepan. “Gila, mimpi apa aku semalam?” Batinku dalam hati. Setelah selesai makan dia mengajakku duduk-duduk di gazebo di teras belakang rumahnya. Aku masih agak canggung, dia menggandeng tanganku ke salah satu gazebo disitu. Kami mengambil kursi yang saling berhadapan.
“Gimana? Ngga sulit kan?” tanyanya dengan senyum yang tulus, tak seperti yang diperlihatkannya sore kemarin. Aku masih dieeem aja. Aku masih belum percaya bahwa aku baru saja membuat salah satu perjanjian yang paling berat konsekuensinya dalam agamaku ini. “Please give me a second to think freely…” Jawabku dengan nada yang sangat datar, emotionless. Dia seakan memaklumi keadaanku saat ini, dia ikut diam. Kami saling berdiam diri untuk beberapa saat lamanya, lalu entah setan mana menghampiriku aku tiba-tiba teriak, “This is very wrong!!!” Teriakanku itu rupanya mengejutkannya.
“Apa yang salah?” tanyanya sambil mendekatiku, lalu dia duduk di kursi di sebelahku. “Apa harus kukatakan bahwa aku sama sekali belum bisa mencintainya, padahal tanggal akad udah ditetapkan…” tanyaku dalam hati. Aku berpikir agak lama, dan akhirnya kuputuskan untuk mengatakannya, bagaimanapun reaksinya nanti. “Maaf, aku meskipun pernah jadi playboy, tapi aku bukan tipe orang yang mudah jatuh cinta. Awalnya pun aku sangat benci sama kamu, kamu tau sendiri apa masalahnya. Aku, jujur aja, meski tanggal pernikahan udah ditetapin, masih belum ada cinta yang tumbuh untukmu. Semua ini hanya rasa sayang dan kasihan pada nasibmu yang selalu menghadapi tekanan yang sangat berat aja. Mohon kamu maklumi itu…” Akhirnya keluar juga.
Diluar dugaanku, dia malah tersenyum manis. “Aku paham itu. Aku malah heran seandainya orang sepertimu bisa mencintaiku hanya dalam waktu sehari semalam saja. Aku tau kebencian dahsyat awalmu padaku, apalagi pada duniaku. Tapi kamu perlu tau, aku tak terpengaruh sedikitpun oleh hal itu. Detik pertama kamu menyatakan kesediaanmu menikahiku, detik itu pula aku berjanji untuk mencintaimu setulus hatiku, with no reserve. Perasaan cintaku padamu yang mulai tumbuh sejak aku melakukan sholat istikharoh tadi malam tak akan terpengaruh oleh itu. Kalau kamu ada sedikit rasa sayang yang tulus, sedikit saja, itu sudah cukup bagiku.” Aku tertegun mendengar jawaban itu. Kupandang lagi wajah putih bersihnya itu. Matanya seolah-olah berkata bahwa dia jujur. “O, dia istikharoh juga to…” kata suara hatiku.
“OK, you have understood and accepted it. Jangan ada complain di belakang nanti.” Jawabku dengan ketegasan yang pasti bisa dia rasakan, meski dia tidak di hadapanku. Dia tetap memandang kedepan sambil mengangguk mantap. Dia lalu memeluk aku di pinggang. Dalam keadaan biasa pasti udah aku kibaskan dia. Tapi menyadari bahwa dia adalah calon istriku aku diam saja, meskipun ajaran agamaku mengatakan bahwa itu tetap saja salah. Aku menoleh ke kiri, dan bertemu pandang lagi dengannya yang juga menoleh ke kanan. Entah kekuatan apa yang menggerakkan, tangan kiriku kemudian bergerak merengkuh pundaknya. Dia lalu menyandarkan kepalanya ke tubuhku. Lalu kami sedikit memutar tubuh supaya bisa berhadap-hadapan, dan kami tau-tau sudah berpelukan dengan eratnya. Aku bisa rasakan kebahagiannya dalam senyum manisnya yang mengembang.
Dada kecilnya yang menempel ke dadaku terasa berdetak kencang. Aku kecup keningnya, dan saat itu pula aku baru menyadari bahwa dia cantik sekali, gadis mungil yang manis sekali, meskipun tak memakai make up seperti penampilan standarnya. Tangan kananku yang memeluknya mengelus-elus lembut belakang kepalanya yang terbungkus kerudung hitam. Dia memejamkan mata seolah menikmatinya. Aku hampir saja lupa diri mau mencium bibir merah mudanya kalau saja waktu itu tidak terbersit pikiran bahwa dia belum halal bagiku, spontan aku menarik tangan dan kepalaku sambil berucap lirih “Astaghfirulloh al ‘adziim…” Dia sepertinya paham, dan memilih untuk tak berkomentar. Kami melanjutkan kebisuan itu selama beberapa menit, sampai adzan Dzuhur terdengar.
“Ayo kita Dzuhur-an bareng.” Ajaknya seraya mengulurkan tangan kanannya. Aku menyambut ajakannya dan mengulurkan tangan kiriku menyambutnya. Kami sholat bareng di dalam kamarnya, sementara orang tuanya di ruang sholat disebelah kamarnya. Selesai sholat, dia ulurkan tangannya untuk menyalamiku, aku seperti terhipnotis kembali menyambutnya, kemudian dia menarik tanganku lalu mencium punggung tanganku dengan penuh perasaan. Sebenarnya aku merasa kurang sreg, namun entah kenapa aku tak kuasa menolaknya. Setelah selesai berdoa sendiri-sendiri kami keluar dan menuju ruang makan untuk lunch bareng ortunya lagi.
Setelah lunch kami mengantar orang tuanya yang mau pulang, aku kemudian menyalakan rokokku yang sejak pagi belum kusentuh di ruang tamu. Dia melihatku dengan pandangan sayang, lalu bertanya, “Sekarang kita mau ngapain?” Pertanyaan basa basi itu tidak kujawab, aku meneruskan merokokku yang ternyata memang bisa membuatku sedikit rileks. Dia lalu berkata lagi, “I do hate smokers, but why still I do love you…” Aku agak terkejut dengan pernyataan tersebut, dan ketika itu baru kusadari bahwa tidak ada asbak di mejanya. Aku kemudian keluar untuk membuang rokok yang masih separuh lebih itu, lalu masuk lagi dan mengatakan, “Maaf…”
“Ngga papa. I do comprehend it…” Jawabnya diiringi senyum manisnya. Lalu kembali kami terduduk dalam kebisuan yang mencekam selama beberapa lama. Tak enak dengan keadaan itu, aku meminta untuk diantarkan pulang saja, dia tak keberatan dan segera mengantarku. Di jalan dia seperti waktu berangkatnya, banyak bertanya, dan aku hanya menjawab seperlunya saja. Sesampainya di rumah dia langsung balik lagi setelah mencium keningku. Kami lanjutkan hari itu dengan SMSan seharian penuh. Malamnya kembali aku tenggelam dalam pekerjaan editingku, tetap sambil SMSan sama dia.
(Hari Keenambelas)
Hari-hari kemarin ini kulalui dengan pekerjaan editing dan proof-reading yang memaksa aku bolak balik online mengecek akurasi dan men-scan puluhan buku dalam sekali waktu membuatku seperti kembali pada kodratku. Kembali rokok dan kopi menjadi teman setiaku bersama dua teman baikku dalam mengedit buku yang jadi tanggung jawabku itu. Kami berdua selama ini hanya berhubungan melalui SMS dan telpon, tanpa pernah ketemu. Dalam enambelas hari kami sudah lumayan cukup bisa saling membuka diri. Aku heran kenapa aku lebih mudah komunikasi lewat SMS atau telpon daripada waktu ketemu langsung. Mungkin aku kebanyakan on-screen dan di depan buku sehingga membuatku menjadi “anti-sosial”.
Pagi itu aku ngga tahu kenapa aku merasa kangen banget pada gadis mungil itu. Tadi malam dia SMS, bilang kalau dia ingin memanggilku “mas”, dan dia pengin dipanggil “dek”. Aku setujui saja hal itu, meskipun kurasakan agak aneh karena dia setahun lebih tua dari aku. “Menyenangkan hati orang berpahala,” pikirku. Selama 2 minggu itu kami intens SMSan maupun telpon, hubungan kami semakin dekat, seiring dengan beberapa pertengkaran yang juga terjadi diantara kami. Bukan bertengkar tepatnya, karena kalau aku marah aku selalu diam, dan dia kadang tak tahu kalau aku marah. Namun setelah kuberi tahu masalahnya dia selalu minta maaf sambil menangis, dan akupun tak tega untuk tidak memaafkannya. Pertengkaran alamiah memang membuat hubungan jadi tambah dekat setelah ishlah (perdamaian). Demikian juga yang terjadi pada kami berdua.
Kami SMSan seperti biasanya, dan aku harus katakan padanya bahwa mulai tadi malam aku merasa ada sesuatu yang lebih besar daripada rasa sayang dan kasihan yang mulai tumbuh dalam diriku. Sebelum Dzuhur aku SMS dia dengan kata-kata, “DEK, NGGA TAU APA YANG SALAH SAMA MAS, TAPI SEHABIS TAHAJJUD TADI MALAM, MAS MERASA CINTA MULAI TUMBUH. MAS SANGAT YAKIN DENGAN HAL ITU. KARENA ITU MAS TEGASIN BAHWA MAS CINTA SAMA ADEK, SAYANG SAMA ADEK, ADEK NGGA PERLU KHAWATIR BAHWA KITA AKAN NIKAH TANPA CINTA NANTI.”
Agak lama aku menunggu jawabannya, sesuatu yang tidak biasa. Biasanya dia selalu menjawab sesegera mungkin. Setelah agak lama menunggu, sehabis sholat Dzuhur akhirnya sebuah SMS panjang masuk ke folder inbox HP-ku. SMS itu berbunyi “WHAT!!! SUBHANALLOH. ALHAMDULILLAH. BENERAN MAS UDAH BISA CINTA SAMA ADEK? ADEK SENENG SEKALI, MAS. MAS SAYANG, MAKACI YA. ADEK NGGA TAU MAU NGOMONG APA. MAS, ADEK JANJI, ADEK NGGA AKAN SIA-SIAKAN CINTA DAN KASIH SAYANG MAS SAMA ADEK. ADEK JANJI NGGA AKAN KECEWAIN MAS, MESKI HARUS KORBANKAN APA SAJA UNTUK ITU. LEBIH BAIK ADEK MATI DARIPADA HARUS KECEWAIN MAS. PEGANG JANJI ADEK YA MAS. ADEK SUDAH LEGA SEKARANG. ADEK MERASA JADI ORANG YANG PALING BAHAGIA DI DUNIA. ADEK RINDU SAMA MAS. PELUK ADEK YA.”
“Berlebihan…!” Pikirku. Tapi kucoba memakluminya. Yah, dia wanita yang butuh perhatian, cinta, dan kasih sayang. Aku memang merasa cintaku baru tumbuh tadi malam. Aku ngga tahu kenapa aku bisa seperti itu, tapi aku merasa mantap sekarang. Aku bisa merasa tenang menghadapi penikahan syirri yang insyaAlloh akan berlangsung dua minggu lagi. Sekarang aku masih sedang menunggu hari itu, sambil terus menyelesaikan proyek editing yang benar-benar menguras sumber daya pikiran dan emosiku itu. Semoga kedepan, setelah aku menikahinya, aku dan dia bisa lebih baik lagi. Amien. Aku bisa tersenyum sekarang. “Aku cinta kamu, mungil”.

Untuk seorang gadis manis mungil, yang pasti tahu bahwa gadis mungil itu dirinya setelah membaca tulisan ini, semoga kita bisa memperjuangkan apa yang telah kita niatkan dari awal. Pernikahan kita nanti bukanlah pernikahan biasa. Aku insyaAlloh akan membelamu, menjagamu, dengan segala upaya yang mampu kuusahakan. Terimakasih sudah mempercayakan hatimu padaku, aku akan jaga itu baik-baik.
Untuk seorang gadis manis lain yang masih menungguku, maafkan aku kalau harus seperti ini. Aku tak ingin membohongimu, dan aku tak bermaksud mengkhianati cintamu yang telah terbukti tulus padaku selama bertahun-tahun. Aku ingin kamu tahu bahwa, meski aku menikahi gadis lain sebelum kamu dan tidak memberitahukanmu, tidak berarti aku berniat membohongimu dalam pengkhianatan, apalagi meninggalkanmu. Tolong pahami bahwa aku mendapat amanah untuk menjaga gadis itu. Aku bukan pengkhianat, dan suatu saat kamu akan mengerti apa tujuanku menikahinya. Suatu saat aku akan kenalkan dia padamu, setelah aku menikahimu tentunya.
Untuk Eko, sahabatku, pemilik blog ini, terimakasih sudah memberi tempat untuk berkeluh kesah. Semoga blognya semakin ramai, dan kamu bisa mengambil ibroh dari kisah ini.
NAMA, TEMPAT, KEJADIAN & BEBERAPA HAL LAIN SENGAJA DISENSOR DAN DIDRAMATISIR UNTUK MELINDUNGI KEPENTINGAN PELAKU-PELAKUNYA.

Sebuah cerita yang indah...sangat indah menurut saya...semoga temanku bahagia dengan apa yang telah ia pilih, ku bingkiskan sebuah puisi sebagai kado pernikahan mereka...semoga menjadi keluarga sakinah mawadah dan warahmah....amin
Cinta

Tuhan...
Saat aku menyukai seorang teman
Ingatkanlah aku bahwa akan ada sebuah akhir
Sehingga aku tetap bersama Yang Tak Pernah Berakhir

Tuhan...
Ketika aku merindukan seorang kekasih
Rindukanlah aku kepada yang rindu Cinta Sejati – Mu
Agar kerinduanku pada-Mu semakin menjadi

Tuhan...
Jika aku hendak mencintai seseorang
Temukanlah aku dengan orang yang mencintai –Mu
Agar bertambah kuat cintaku pada – Mu

Tuhan...
Ketika aku sedang jatuh cinta
Jagalah cinta ini
Agar tidak melebihi cintaku pada – Mu

Tuhan...
Ketika aku berucap aku cinta padamu
Biarlah kukatakan kepada yang hatinya tertaut pada-Mu
Agar aku tak jatuh dalam cinta yang bukan karena –Mu

Sebagaimana orang bijak berucap
Mencintai seseorang bukanlah apa-apa
Dicintai seseorang adalah sesuatu
Dincintai oleh orang yang kau cintai sangatlah berarti
Tapi dicintai oleh Sang Pencinta adalah segalanya

Sabtu, 05 Juli 2008

KEJUJURAN

Bersiaplah selalu untuk menghadapi situasi yang menuntut kejujuran anda, nasehat agar kita senantiasa berlaku jujur memang lebih mudah untuk di ucapkan dari pada kenyataan. Bayangkan bila seseorang dalam keadaan "terjepit", bila ia berkata jujur, ia akan kehilangan keuntungan besar yang sudah ada dalam genggamannya. Sebaliknya, bila ia mau sedikit berdusta bukan hanya keuntungan namun juga kebanggaan yang akan diraihnya. Sebenarnya, kejujuran tidak berkaitan dengan untung-rugi. Kejujuran adalah sebuah sikap yang tidak perlu dihitung dengan nilai uang. Kejujuran bukanlah sebuah pilihan. Seoarang melakukan dusta karena ia memilih untuk berdusta. Mengapa berdusta adalah pilihan? karena anda tidak bisa menipu diri sendiri. Hati nurani tak bisa dibungkam meski ia hanya berbisik lirih.

Pepatah kuno ini tak pernah lekang bagaimanapun majunya sebuah perekonomian :" Kejujuran adalah mata uang yang laku dimana-mana" Bawalah sekeping kejujuran dalam saku anda, itu melebihi mahkota raja diraja sekalipun...!!!!  

Orang-orang penting

Istilah orang penting terlalu sering digambarkan dengan politisi yang berkuasa, bos konglomerat, atlet berprestasi, artis ternama, atau semua yang kita golongkan selebritis.

Kenyataanya, setiap orang adalah orang penting. Setiap kehidupan adalah penting. Tidak ada yang lebih penting dari yang lain...Anda sama pentingnya dengan wajah-wajah bermunculan di layar TV atau sampul majalah. Demikian juga pentingnya orang-orang disekitar anda.

Setiap orang memiliki sesuatu yang bisa disumbangkan pada kehidupan. Setiap orang bisa membuat perbedaan bernilai positif, setipa orang memiliki hal yang khas didunia ini, dan setiap orang memerlukan hidupnya semakin bernilai...itu yang membuat setiap orang menjadi penting. Tentu ada orang yang berhasil menjadi inspirasi orang lain, yang mampu memimpin orang lain, yang mau melayani orang lain, atau mengajari orang lain. Mereka juga tidak lebih pentinig dari orang lain. Tetapi mereka melakukan itu karena dimulai dengan kesadaran bahwa hidup mereka penting lagi saat mereka memerlukan orang lain.

Orang-orang penting disekitar kita...mereka memiliki potendi yang luar biasa, sama seperti anda...Kenali dan hargai potensi yang ada pada mereka, dan diri anda. Sertai dengan tindak lanjut, Jadikan mereka orang penting, dan anda pun akan dianggap orang penting...

Kamis, 03 Juli 2008

JODOH

Orang - orang optimis selalu berkata, jodoh kita adalah apa yang kita usahakan, bukan semata-mata pemberian dari tuhan, jika kita yakin dan berusaha maka kita akan mendapatkan jodoh yang kita inginkan...

"Seorang pria telah berpacaran dengan dadis impiannya selama bertahun-tahun, dan ia yakin bahwa gadis itu adalah jodohnya, selama berpacaran badai dan karang mereka lalui bersama dan tidak ada satupun didunia ini yang bisa membatalkan rencana pernikahan mereka, pada hari yang telah ditentukan, upacara pernikahan dilangsungkan dengan sangat meriah, sang pria dengan bangga menunjukkan kepada sahabat dan kerabat bahwa ia bisa menikahi gadis impiannya...beberapa tahun kemudian seorang teman mendapati ia sedang duduk sendirian ditaman, setelah berbincang-bincang teman tersebut baru mengetahui bahwa ia sudah bercerai dengan istrinya karena alasan yang tidak bisa ia sebutkan, sang teman mencoba menghibur dengan menceritakan pengalaman hidupnya, bertahun-tahun ia mencintai seorang gadis dan berupaya keras menikahinya namun dengan berbagai macam alasan dan rintangan ia harus say goodbye kepada mimpi dan rela berpisah dengan gadis itu, beberapa waktu kemudian ia bertemu secara tidak sengaja dengan seseorang yang kini menjadi ibu dari anak-anaknya...."

Jodoh adalah rahasia tuhan...kita tidak pernah tau apakah suami, istri atau kekasih kita saat ini adalah benar- benar soulmate atau jodoh kita...Tuhan telah menciptakan kita berpasang-pasangan sebagaimana yang telah di sebutkan di dalam kitab suci,masalahnya apakah kita bisa menemukan belahan jiwa itu, kita mungkin selama ini tidak pernah menyadari bahwa jodoh kita adalah orang yang selama ini ada di depan kita, cuma kita terlalu sibuk mencari bahkan sampai ke belahan dunia yang berbeda sekalipun. Tidak ada salahnya memang bila kita berusaha mencari orang yang kita inginkan, hanya saja terkadang kita terlalu optimis dan melupakan faktor X yaitu kekuatan illahiyah(ketuhanan) yang sesungguhnya sangat menentukan dalam proses pencarian kita!!

Berdoalah kepada sang pencipta, apabila kita sudah menemukan seseoranh yang kita harapkan, atau sudah menikah dan memiliki putra dan putri atau bahkan  belum menemukan belahan hati, semoga orang yang akan bersama kita atau sedang bersama kita saat ini adalah jodoh kita sekarang dan selamanya............Amin

Sabtu, 28 Juni 2008

Catatan sore 28 Juni 2008

konichinwa mina san...!!!!anyeong haseo....!!!
wah...hari ini lumayan seru, ternyata terakdang ramalan bintang yang ada di majala-majalah ada benernya juga yagh...jadi di ramalan bintang yang ada di majalah HAI untuk minggu ini mnyinggung masalah tanggal penting untuk yang berbintang aries itu tanggal 27 dan 28 Juni...entah kebetulan atau ngak tapi yang pasti dua hari ini bener2 penting dan seru bnaget buat saiyagh di banding beberapa hari yang udah dirikuw lalui selama bulan juni ini...kenapa penting ???coz hari ini dirikuw yang ngewawancara seventeen...itu loh band yang selalu mengalah...yup!!!karena pas jam dines saiyagh, walaupun tadi tandem dengan bunsent coz dirikuw takut ntar rada garink kalu sendiri...yang pasti siy seneng banget bisa ketemu mereka secara langsung (tapi tadi pas wawancara belaga' jaim)eh tau gak ternyata vokalisnya seventeen itu orang pontianak aseli loh!!! cuma di kuliah di jogja...katanya siy neneknya orang sambas gitu...(mmmm kapan yagh dirikuw bisa jadi kek diya????)cuma yang rada ngebetein tadi ada penyiar dari radio kita yang sok kejakartaan dateng...pikir cuman buwad ketemu ma seventeen eh rupa-rupanya memenfaatkan keadaan...disaat orang pada sibuk dia minta greeting buwad radio dia....ugh...kesel!!!!!tapi gpp lha...maap yagh ....
btw hari ni siaran lumayan nyapekkan coz dari jam 3 sampai jam 10 malem.....heran??? gag perlu heran kan kami PNS (Pegawai Non Stop)wakakakakkkk....yawdah de, sukses ajagh ya buwad seventeen ntar kalu ke Pontianak maen ke Pro2 lagi yagh!!!!!
yatta!!!

Jumat, 20 Juni 2008

KASIH SAYANG SEORANG IBU

Saat kau berumur 15 Tahun, dia pulang kerja dan ingin segera memelukmu, sebagai balasannya kau kunci kamarmu.

Saat kau berumur 16 Tahun, dia ajari kau mengemudi mobilnya, sebagai balasannya kau pakai mobilnya selama ada kesempatan tanpa peduli kepentingannya...

Saat kau berumur 17 tahun ia sedang menunggu telpon yang penting, sebagai balasannya kau pakai telpon nonstop semalaman...

Saat kau berumur 18 tahun ia menangis terharu ketika kau lulus SMA, sebagai balasannya kau berpesta sampai pagi dengan teman-teman mu

Saat kau berumur 19 tahun ia membayar biaya kuliahmu dan mengantarkanmu ke kampus pada hari pertama, sebagai balasannya kau minta diturunkan jauh dari pintu gerbang agar kau tidak malu dengan teman-teman mu...

Saat kau berumur 20 tahun, ia bertanya " darimana saja seharian ini?" kau jawab " ah...ibu cerewet amat sih, ingin tahu urusan orang!!"

Saat kau berumur 21 tahun ia menawarkan satu pekerjaan yang bagus untuk karir mu di masa depan, sebagai balasannya kau katakan " Aku tidak ingin separti ibu!!!"

Saat kau berumur 22 tahun ia memelukmu terharu saat kau lulus perguruan tinggi, sebagai balasannya kau bertanya kapan kau bisa pergi ke bali...

Saat kau berumur 23 tahun ia membelikanmu 1 set furniture untuk rumah barumu, sebagai balasanya kau ceritakan ke teman-temanmu betapa jeleknya furniture itu.

Saat kau beerumur 24 tahun, dia bertemu dengan tunanganmu dan bertanya tentang rencananya di  masa depan, sebagai balasannya kau mengeluh, "bagaimana ibu ini kok  bertanya seperti itu..."

Saat kau berumur 25 tahun ia membantumu membiayai pernikahanmu, sebagai gantinya kau pindah ke kota lain yang jauhnya lebih dari 500km

Saat kau berumur 30 tahun ia memberikan beberapa nasehat bagaimana merawat bayi mu, sebagai balasannya kau katakan " Bu...sekarang jamannya sudah berbeda!"

Saat kau berumur 40 tahun dia menelpon untuk memberitahukan pesta ulang tahun salah seorang kerabat, sebagai balasannya kau jawab " Bu...saya sibuk sekali gak ada waktu...!!!"

Saat kau berumur 50 tahun dia sakit-sakitan dan membutuhkan perawatanmu, sebagai balasannya kau baca tentang pengaruh negatif orang tua yang menumpang tinggal dirumah anak-anaknya

Dan hingga suatu hari dia meninggal dengan tenang, dan tiba-tiba kau teringat semua yang belum pernah kau lakukan, karena mereka datang bagaikan palu godam di hati mu... 

"JIKA BELIAU MASIH ADA, JANGAN LUPA MEMBERIKAN KASIH SAYANGMU LEBIH DARI YANG PERNAH KAU BERIKAN SELAMA INI DAN JIKA BELIAU SUDAH TIADA, INGATLAH KASIH SAYANG DAN CINTANYA YANG TULUS DAN TANPA SYARAT KEPADAMU...."
 

Minggu, 15 Juni 2008

CINTA DAN WAKTU

Alkisah di sebuah pulau kecil, tinggallah berbagai macam benda abstrak: ada CINTA, KESEDIHAN, KEGEMBIRAAN, Dan sebagainya, mereka hidup berdampingan dengan baik.

Namun suatu ketika, datamng badai menghempas pulau kecil tersebut, air laut tiba-tiba naik dan akan menenggelamkan pulau tersebut, semua penguni cepat-cepat menyelamatkan diri. Cinta sangat kebingungan karena ia tidak pandai berenang dan tidak mempunyai perahu, ia berdiri di pantai dan mencari pertolongan sementara itu air semakin naik membasahi kaki cinta.

Tak lama kemudian cinta melihat kekayaan sedang mengayuh perahu " Kekayaan!!!kekayaan ...tolong aku...!!!" teriak cinta. " Aduh cinta mohon maaf...perahuku sudah penuh dengan harta benda ku, aku tidak dapat membawamu serta, nanti perahuku tenggelam, lagi pula sudah tidak ada tempat lagi untuk mu di perahu ku!!" jawab kekayaan dan dengan  segera mengayuh perahunya pergi.Cinta sedih sekali namun dilihatnya kegembiraan lewat dengan perahunya..."Kegembiraan...tolong aku!!!!" namun kegembiraan terlalu gembira karena menemukan perahu sehingga ia tidak mendengar teriakan cinta.

Air semakin tinggi membasahi cinta sampai ke pinggang dan cinta semakin panik.Taklama lewatlah kecantikan..." Kecantikan...bawalah aku serta dengan mu!!" Teriak cinta."Wah cinta...kamu basah dan kotor, aku tidak bisa membawamu serta karena nanti kamu akan mengotori perahuku yang indah ini!" sahut kecantikan.

Cinta sedih seklai mendengarnya, ia mulai menangis terisak-isak dan pada saat itu lewatlah kesedihan " oh kesedihan bawalah aku bersama mu...!!" kata cinta..."maaf cinta aku sedang sedih dan aku ingin sendirian saja" kata kesedihan sambil terus mengayuh perahunya. Cinta Putus asa ia merasakan air semakin anik dan akan menenggelamkannya. Pada saat itulah terdengar suara " Cinta marilah naik ke perahuku!!"Cinta menoleh kearah suara itu dan melihat seorang tua dengan perahunya, cepat-cepat cinta naik ke atas perahu itu... dipulau terdekat orang tua tersebut menurunkan cinta dan langsung pergi lagi, pada saat itu barulah cinta sadar bahwa ia tidak mengetahui sama sekali siapa orang tua tersebut,siapa sebenarnya orang tua itu?? "tanya cinta kepada seorang tua penduduk pulau tersebut."Oh orang tua tadi??? orang tua tadi adalah WAKTU"jawab orang tua itu" Tetapi mengapa ia menyelamatkanku??? padahal aku tidak mengenalnya...bahkan teman-temanku yang mengenalku pun enggan menolongku..." tanya cinta heran..."Sebab"kata orang tua itu"hanya waktu lah yang tahu berapa nilai sesungguhnya dari cinta...!!!"

SEPATU SI BAPAK TUA

Seorang bapak tua pada suatu hari hendak berpergian nail bus kota...

Pada saat dia akan menginjakan kakinya ke tangga, salah satu sepatunya terlepas dan jatuh kejalan. Sayang, pintu tertutup dan bus langsung berlari cepat dan bus ini akan berhenti di terminal berikutnya  yang jaraknya cukup jauh sehingga ia tidak dapat memungut sepatunya yang terlepas tadi...melihat kenyataan itu dengan tenang ia melepas sepatu yang sebelahnya dan melemparkan ke luar jendela...

Seorang pemuda yang duduk didalam bus tercengang dan bertanya kepada si bapak tua " Mengapa bapak melemparkan sepatu bapak yang sebelah juga?" Bapak tua itu menjawab dengan tenang "Supaya siapapun yang menemukan sepatuku bisa memanfaatkannya!!"

Bapak tua dalam cerita itu merupakan contoh orang yang bebas dan merdeka. Ia telah berhasil melepaskan keterikatannya kepada benda, ia berbeda dengan kebanyakan orang yangh mempertahankan sesuatu semata -mata kerena ingin memilikinya atau karena tidak ingin orang lain memilikinya.

Sikap mempertahankan sesuatu-- termasuk mempertahankan apa yang sudah tidak bermanfaat lagi--adalah akar ketamakan, penyebab ketamakan adalah kecintaan yang terlalu berlebihan terhadap harta benda. Kecintaan ini menimbulkan keterikatan, kalau sudah terkait sesuatu, anda akan mengidentifikasikan diri anda dengan sesuatu itu, anda bahkan akan menyamnakan kebahagiaan diri anda dengan memiliki benda tersebut, kalau demikian anda pasti sulit memberikan apapun yang anda miliki, karena hal tersebut bisa berarti kehilangan kebahagiaan anda.

kalau kita pikirkan lebih dalam lagi ketamakan sebenarnya berasal dari pikiran dan paradigma kita yang salah terhadap harta benda. kita sering menganggap harta kita sebagai milik kita, pikiran ini salah, harta kita bukan milik kita, ia hanyalah titipan dan amanah yang suatu ketika harus di pertanggung jawabkan., Pertanggungjawaban kita adalah bagaimana kita bisa menjaganya dan memanfaatkannya.

Peran kita dalam hidup ini hanyalah menjadi media dan perantara, semuanya milik tuhan dan suatu saat akan kembali pada-Nya. Tuhan telah menitipkan banyak hal kepada kita : harta benda; kekayaan;pasangan hidup;anak-anak; dan sebagainya, tugas kita adalah menjaga amanah ini dengan baik, termasuk meneruskan kepada siapa saja yang membutuhkannya.

Paradigma yang terakhir ini akan membuat kita menyikapi masalah secara berbeda, kalau biasanya anda merasa terganggu bila ada yang m embutuhkan bantuan, sekarang anda merasa bersyukur. Kenapa??  karena anda melihat itu sebagai "perpanjangan tangan" Tuhan. Anda tak merasa terganggu karena tahu bahwa tugas anda adalah untuk memeruskan "Tititpan" Tuhan untuk orang yang sedang membutuhkan bantuan..

Cara berfikir seperti ini akan melahirkan hidup yang berkelimpahruahan  dan penuh anugerah bagi kita dan lingkungan sekitar. Hidup seperti ini adalah hidup yang senantiasa bertambah dan tidak pernah berkurang, semua orang akan Merasa menang, tak ada yang kalah. Alam semesta sebenarnya bekerja denagn konsep ini semua unsur-unsurnya bersinergi, menghasilkan kemenangan bagi semua pihak. 

Sebagai penutup ijinkanlah saya menuliskan seuntai puisi dari seorang bijak...
" Engkau tidak pernah memiliki sesuatu
Engkau hanya memegangnya sebentar
Kalau engkau tidak dapat melepaskannya
Engkau akan terbelenggu olehnya
apapun harta mu...
Harta itu harus kau genggam dengan tangan mu
Seperti engkau memegang air
genggamlah denga erat...dan harta tersebut akan lepas
Akuilah itu sebagai milikmu..maka kau akan mencemarinya
Lepaskanlah maka semuanya itu akan menjadi milikmu selamanya..."

Senin, 12 Mei 2008

catatan siang 13 mei

helow....
siank ini dirikuw dapet dines syaran jam 9 ampe jam 12...gag taw napa kalu siaran jam segitu berasa gag siaran jam 9 ampe 10 ada mandolin (ira ma nana)jam 11 ampe 11.30 berita olah raga...paling-paling dirikuw siaran cuman satu setengah jam ajagh....sebenarnya dirikuw dines jam 8 malem cuman piko minta tuker yawdahlah...lumayan ntar malem bisa nonton miss Indonesia
oyagh,hasil ketemuan kemeren malem, dirikuw dapet kerjaan lagi...ugh gara2 pak yusuf kalla siy maw dateng ke Pontianak...jadi repot deh...
biz ni jam 12 kekna dirikuw maw ketemu ma nina...(temen sma yang jadi reporter kompas...katanya)maw minta tulung niy...ada beberapa keperluan...
nothing special siy hari ini, cuman si bunsent ajagh yagh sibug gag jelas dari tadi....ngerisaw mulu dari tadi udah kayak ayam maw betelor...enaq banget yagh jadi staf kalu gag da kerjaan bisa jalan-jalan....!!!trus kalu dah istirahat maem siank bisa balik...dasar makan gaji buta'!!!!!
pegawai2 negeri diluar sana begitu juga gag yagh??? apa jadinya negeri ini kalu abdi negaranya ajagh ele'-ele'an....huffhhhh...
kalu kayak kami ini PNS a.k.a Pegawai Non Stop yang gag kenal waktu mau tengah maelm...maw subuh ...hajar bleh....

catatan malam hari ...12 Mei

guys... lagi berita dari jakarta niy...lumayan ngilangin BT daripada lumanyu[basi...!!!] buka-buka folder kata motivasi di komputer eh ada satu tulisan yang seru semoga bisa diambil maknanya....
DELAPAN KADO INDAH
1.kehadiran
Kehadiran orang yang paling disayangi adalah kado yang paling tidak ternilai harganya.emang sih kita bisa hadir dihadapannya lewat telpon,sms,e-mail, ato bahkan fax...tapi dengan berada disamping orang yang kita cintai, kita bisa berbagi perasaan, perhatian, dan kasih sayang secara utuh dan intensif. jadikan kehadiran anda sebagai pembawa kebahagiaan.
2. mendengar
Sedikit orang bisa memberi kado ini, karena kebanyakan dari kita lebih senang didengarkan dari pada mendengarkan, dengan memberikan segala perhatian kepada seluruh ucapannya secara tidak langsung kita juga telah menambuhkan kesabaran dan kerendahan hati. Untuk bisa mendengarkan dengan baik kita harus benar-benar dalam keadaan relax dan bisa menangkap utuh apa yang disampaikan,tatap wajahnya, tidak perlu mencela,mengkritik apalagi mengahakimi. Biarkan ia menuntaskannya, ini memudahkan anda untuk memberi tanggapan yang tepat setelah itu. tidak harus berupa diskusi atau penilaian, sekedar ucapan terima kasihpun akan terdengar manis baginya.
3. DIAM
Seperti kata-kata, didalam diam juga terdapat kekuatan,diam bisa dipakai untuk menghukum, mengusir atau untuk membingungkan orang. Tapi lebih dari segalanya diam juga bisa menunjukan kecintaan kita pada seseorang karena memberinya 'RUANG' , terlebih jika sehari-hari kita terbiasa gemar menasehati, mengatur, mengkritik, bahkan mengomel.
4. KEBEBASAN
Mencintai seseorang bukan berarti memberi kita hak penuh untuk mengatur kehidupan orang bersangkutan, bisakah kita mengaku mencintai seseorang jika kita selalu mengekangnya??memberi kebebasan adalah salah satu perwujudan cinta. makna kebebasan adalah bukan "KAU BEBAS BERBUAT SEMAU MU" lebih dalam dari itu, memberi kebebasan adalah memberi keprcayaan penuh untuk bertanggung jawab atas segala hal yang ia putuskan atau lakukan.
5. KEINDAHAN
Siapa yang tidak bahagia bila orang yang kita cintai tiba-tiba tampil lebih cantik atauy lebih ganteng?? tampil cantik dan rupawan adalah kado yang paling indah.selain keindahan pribadi, anda juga bisa membagikan keindahan dengan lengkungan sekitar kita.
6. TANGGAPAN POSITIF
Tanpa sadar kita sering kita memberikan penilaian negatif terhadap pikiran, sikap atau tindakan orang yang kita sayangi, seolah-olah tidak ada yang benar dari dirinya dan kebenaran mutlak hanya milik kita.Klai ini coba hadiahkan tanggapanm positif, nyatakan dengan jelas dan tulus. Cobalah ingat selama seminggu berapa kali anda mengucapkan terima kasih atas segala yang telah ia lakukan demi anda??? ingat-ingat juga pernahkah anda memujinya???Kedua hal tersebut , terimakasih dan pujian (termasuk permintaan maaf)merupakan kado indah yang sering terlupakan.
7. KESEDIAAN MENGALAH
Tidak semua masalah layak jadi bahan pertengkaran, apalagi sampai pertengkaran yang hebat, bila anda memikirkan hal ini berarti anda siap memberikan kado "KESEDIAAN MENGALAH" Kesediaan untuk mengalah juga dapat melunturkan sakit hati dan menyadari bahwa tidak ada manusia yang sempurna di dunia ini
8. SENYUMAN
Percaya atau tidak, kekuatan senyuman amat luar biasa terlebih diberikan denga tulus bisa menjadi pencair hubungan yang beku, Pemberi semangat dalam keputusan, Pencerah suasana muram, bahkan obat penenang jiwa yang resah. Senyuman juga merupakan isyarat untuk membuka diri dengan lingkungan sekitar kita. Kapan terakhir kali anda menghadiahkan senyuman manis untuk orang yang anda kasihi???????
Gimana??? semoga bisa memberikan inspirasi ajagh deh buat semuanya...
btw dah kelar siaran nih maw balik dulu...kita nyambung besok yagh.....